GridHype.ID - Baru-baru ini, Indonesia kedatangan vaksin AstraZeneca sebanyak 1,1 juta dosis.
Vaksin ini buatan Oxford-AstraZeneca tiba di Indonesia pada Senin (8/3/2021) sore.
Dilansir dari Kompas.com dari siaran YouTube resmi Sekretariat Presiden, Vaksin ini tiba pukul 17.45 WIB di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Tampak satu kontainer besi besar mulai diturunkan dari pesawat.
Adapun jenis vaksin yang datang adalah buatan Inggris, Astrazeneca sebanyak 1.113.600 vaksin, dengan total berat 4,1 ton.
Kedatangan AstraZeneca ini menambah stok persediaan vaksin pemerintah untuk masyarakat.
Seperti yang diketahui, Indonesia sendiri sebelumnya sudah melakukan vaksinasi Covid-19 dengan vaksin buatan China, Sinovac.
Vaksin Sinovac China sendiri telah mendapatkan persetujuan penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dilansir dari Tribun Jogja, hasil uji klinis dan penelitian dari BPOM menyatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac terbukti efektif dan mampu membentuk antibodi terhadap virus corona.
Baca Juga: Mengapa Vaksin Covid-19 Disuntikkan pada Lengan Bagian Atas? Begini Penjelasannya
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan vaksin Sinovac memiliki efikasi vaksin sebesar 65,3 persen.
Dengan kedatangan vaksin AstraZeneca, artinya ada dua jenis vaksin yang akan segera digunakan di Indonesia, yakni Sinovac dan AstraZeneca.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sebelumnya juga telah menyatakan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac ini terbukti halal dan suci.
Dan vaksin Covid-19 buatan Sinovac pun telah disuntikkan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran petinggi negara serta tokoh publik di tanah air.
Kini Indonesia sudah memiliki dua jenis vaksin Sinovac China dan Oxford-AstraZeneca.
Lantas apa saja perbedaan kedua vaksin ini?
Dilansir dari Kompas.com, berikut perbedaan antara kedua jenis vaksin ini.
1. Teknologi Vaksin
Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca-Oxford adalah vaksin vektor adenovirus simpanse.
Ini berarti bahwa tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari Covid-19 coronavirus yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2.
Saat vaksin dikirim ke sel manusia, ini memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.
Vaksin Sinovac
Sementara vaksin yang dibuat Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan.
Tujuannya adalah memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.
Metode inactivated virus adalah metode yang sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain seperti polio dan flu.
2. Efikasi
Vaksin AstraZeneca
Pada makalah yang diterbitkan pada Januari, penulis menjelaskan bahwa vaksin menawarkan perlindungan 64,1 persen setelah setidaknya satu dosis standar.
Selain itu, efikasi jika diberikan dalam dua dosis adalah 70,4 persen.
Lalu pada orang yang meminum setengah dosis kemudian satu dosis penuh efikasinya 90 persen.
Komite Vaksin memperkirakan dari tiga minggu hingga 9-12 minggu setelah penyuntikan pertama, vaksin dapat mencegah sekitar 70 persen kasus penyakit serius.
Vaksin Sinovac
Efikasi vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech berdasarkan uji klinis fase ketiga di Indonesia sebesar 65,3 persen.
"Vaksin Sinovac yang diuji di Indonesia hasilnya per tanggal 9 Januari 2021 memiliki keamanan baik, imunogenesitas 99 persen, dan efikasi vaksin 65,3 persen,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil.
Selain Indonesia, Turki dan Brasil juga sudah mengumumkan. Di Turki efikasi Sinovac mencapai 91,25 persen dan Brasil sebesar 50,4 persen.
Baca Juga: Pemerintah Teken Peraturan Terkait Vaksinasi Gotong Royong, Epidemiolog Singgung Soal Ketidakadilan
3. Efek Samping
Vaksin AstraZeneca
Dilansir dari www.gov.uk, dalam uji klinis vaksin AstraZeneca, sebagian besar efek samping yang dirasakan dalam kategori ringan hingga sedang. Kebanyakan efek samping hilang dalam beberapa hari, tapi ada juga yang sampai seminggu setelah vaksinasi.
Efek samping yang sangat umum (dialami lebih dari 1 pada 10 orang): Nyeri, gatal, atau memar di area suntikan; Merasa lelah; Menggigil atau demam; Sakit kepala; Mual; Nyeri sendi atau nyeri otot.
Vaksin sinovac
Pada vaksin Sinovac, efek samping yang dialami ringan hingga sedang. Setelah vaksinasi, kebanyakan orang merasakan nyeri di sekitar tempat suntikan.
Efek samping yang paling banyak terjadi adalah gatal dan mengantuk.
4. Penyimpanan
Vaksin AstraZeneca
Penyimpanan vaksin AstraZeneca dinilai tak rumit, karena tidak membutuhkan suhu dingin yang ekstrem seperti beberapa jenis vaksin lainnya.
Vaksin yang dikembangkan AstraZeneca tidak memerlukan pembekuan pada suhu minus 70 derajat.
Vaksin bisa disimpan di lemari es standar dengan suhu berkisar 2-8 derajat celcius, dan tetap bertahan selama enam bulan.
Hal ini akan memudahkan proses distribusi vaksin ke daerah-daerah sasaran penerima vaksin.
Vaksin Sinovac
Vaksin Covid-19 buatan Sinovac hanya membutuhkan penyimpanan dalam lemari es, dengan standar suhu 2-8 derajat celcius, dan dapat bertahan hingga 3 tahun lamanya.
5. Usia penerima
Vaksin AstraZeneca
Melansir BBC, 29 Januari 2021, otoritas vaksinasi Jerman menegaskan suntikan vaksin AstraZeneca hanya boleh diberikan kepada orang berusia di bawah 65 tahun.
Kemudian, direkomendasikan kepada orang berusia 18-64 tahun di setiap tahap.
Vaksin Sinovac
Usia prioritas penerima vaksin Sinovac adalah orang dewasa sehat usia 18-59 tahun.
Pada Senin, 8 Februari 2021, vaksin Sinovac mendapat izin untuk diberikan kepada kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) di atas 60 tahun.
6. Kemampuan melawan varian baru
Vaksin AstraZeneca
Diberitakan Kompas.com, Senin (28/12/2020), kepala perusahaan di balik vaksin Oxford-AstraZeneca menyampaikan bahwa para peneliti yakin vaksin yang dikembangkannya efektif melawan jenis varian virus baru B.1.17.
Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac yang ada di Indonesia saat ini masih efektif melawan varian baru B.1.1.7.
(*)