GridHype.ID - Salah satu cara untuk menghentikan penyebaran pandemi Covid-19 adalah dengan vaksinasi.
Sebelumnya, vaksin buatan China Sinovac Biotech digadang-gadang efektif melawan dua varian baru virus corona.
Hal ini berdasarkan hasil uji coba mitra Brasil untuk China pada Rabu (17/2/2021).
Dilansir dari Kompas.com, 3 varian baru Covid-19 yang menyebar di dunia ini yaitu Afrika Selatan, Inggris, dan Brasil.
"Kami telah menguji vaksin ini di China terhadap varian Inggris dan Afrika Selatan, dengan hasilnya baik," kata Dimas Covas dikutip dari Reuters.
Covas adalah kepala pusat biomedis Butantan di Sao Paulo, yang memimpin uji coba domestik dari vaksin China dan menyuplai dosisnya ke Kementerian Kesehatan Brasil.
Namun, Covas tidak membeberkan lebih lanjut seberapa efektif vaksin Sinovac melawan jenis baru virus corona.
Butantan juga sedang menguji vaksin yang dikenal sebagai CoronaVac ini, terhadap jenis baru Covid-19 dari Brasil yang muncul di kota Manaus.
"Segera kita dapat hasilnya dan kami sangat yakin itu berhasil," ujar Covas.
Covas menyampaikan hasil studi ini dalam konferensi pers di kota kecil Serrana.
Di sana Butantan pada Rabu (17/2/2021) memulai vaksinasi massal kepada semua populasi orang dewasa, untuk menguji apakah bisa menurunkan tingkat infeksi Covid-19.
Covas pun menaruh harapan pada vaksin corona Sinovac, dengan keunggulan yang dimilikinya dibandingkan vaksin-vaksin lain yaitu teknologi virus corona non-aktif.
Kemanjuran vaksin Covid-19 dari China ini terhadap varian baru virus corona Brasil akan sangat penting bagi "Negeri Samba".
Pemerintah Brasil telah mengamankan 100 juta dosis dan menjadikan vaksin virus corona tersebut sebagai pusat kampanye penyuntikan.
Kendati demikian, vaksin buatan China tersebut masih belum mampu mengindentifikasi varian virus corona dari Brasil.
Dilansir dari GridHealth.ID, Vaksin Covid-19 Sinovac Biotech mungkin tidak memicu respons antibodi yang cukup terhadap varian virus corona yang diidentifikasi di Brasil, sebuah studi laboratorium sampel kecil menunjukkan.
Munculnya varian virus corona telah menimbulkan kekhawatiran bahwa vaksin dan perawatan yang dikembangkan berdasarkan jenis sebelumnya mungkin tidak berfungsi dengan baik.
Sampel plasma yang diambil dari delapan orang yang divaksinasi dengan CoronaVac Sinovac gagal secara efisien menetralkan varian garis keturunan P.1, atau 20J / 501Y.V3, kata para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada hari Senin menjelang tinjauan sejawat.
"Hasil ini menunjukkan bahwa virus P.1 mungkin lolos dari antibodi penetral yang diinduksi oleh CoronaVac," para peneliti di Universitas São Paulo di Brasil bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Amerika Serikat dan beberapa institusi lain mengatakan dalam makalah itu.
CoronaVac digunakan dalam program vaksinasi massal di negara-negara termasuk Cina, Brasil, Indonesia dan Turki.
Meskipun penelitian menunjukkan infeksi ulang dapat terjadi pada individu yang divaksinasi, perlindungan yang diberikan oleh CoronaVac terhadap Covid-19 yang parah dapat menunjukkan mekanisme lain dalam sistem kekebalan manusia, selain antibodi, juga dapat berkontribusi untuk mengurangi keparahan penyakit, kata para peneliti.
Seorang juru bicara Sinovac tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Tetapi Kepala eksekutif Yin Weidong berhasil dihubungi.
Ia mengatakan dalam program yang disiarkan oleh penyiar CGTN yang didukung pemerintah pada hari Kamis (04/03/2021) tentang dugaan ini.
Menurutnya, perusahaan "sepenuhnya mampu" menggunakan penelitian dan kapasitas produksi saat ini untuk mengembangkan vaksin baru terhadap varian yang muncul jika perlu.
Dia juga mengatakan prosesnya akan memakan waktu lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk mengembangkan CoronaVac.
(*)