GridHype.ID - Seperti yang kita tahu Denada sempat mengungkap soal perjuangannya saat memperoleh pengobatan untuk sang putri, Aisha Aurum.
Diketahui Aisha Aurum tengah menderita kanker darah yang perlu memperoleh pengobatan intensif.
Demi kesembuhan sang anak, Denada harus habis-habisan hingga menjual banyak aset berharga.
Termasuk rumah dan apartemen yang merupakan hasil kerja kerasnya selama ini.
Denada juga harus kerap bolak-balik Indonesia-Singapura untuk mencari nafkah sekaligus menjaga putrinya.
Kini perjuangan selama tiga tahun berbuah manis hingga Aisha Aurum masuk SD setelah menjalani pengobatan yang begitu panjang.
Sayangnya di tengah kebahagiaan melihat putrinya sekolah, batin Denada remuk tahu Aisha mengalami hal pahit ini di sekolah barunya.
Dilansir dari YouTube Maia Al El Dul TV (2/1/2022) Denada buka-bukaan soal kondisi Aisha Aurum yang kini mulai sekolah di Singapura sembari perawatan.
"Anakku Alhamdulillah baik, sudah boleh sekolah, kan kemarin-kemarin enggak boleh, jadi sekarang dia sudah boleh sekolah sama dokternya, itu Alhamdulilah aku bersyukur banget, baru Agustus lalu," kata Denada.
Denada awalnya merasa senang karena setelah 3 tahun hanya berdiam di rumah, Aisha bisa kembali bersosialisasi dan berteman.
"Bayangin ya kami kan masuk tahun 2018 kita mau masuk tahun ke empat di Singapura. Tiga tahun di Singapura Aisha hanya di rumah, rumah sakit," kata Denada.
"Kalaupun aku ajak jalan-jalan ke supermarket, perginya pun ke supermarket di rumah sakit. Dia tidak pernah berada di luar lingkup itu. Dia tidak pernah bersosialisasi dan berteman dengan anak-anak lain di luar dari pasien-pasien itu," sambungnya.
Memulai hidup baru di sekolah, Denada justru dibuat khawatir karena Aisha malah kerap mengalami hal pahit hingga tubuhnya sering luka-luka.
"Tiba-tiba dia sekolah, bersosialisasi, berteman, main perosotan, main sama teman-temannya yang lain. Jadi hari pertama dia pulang sekolah benjol mbak," tutur Denada.
"Oh, saking senengnya? tanya Maia Estianty.
"Karena dia tidak biasa beraktivitas di lingkungan lain selain rumah dan rumah sakit. Jadi begitu dia ada di lingkungan baru dia enggak tahu bagaimana cara ngejaga dirinya, menavigasi dirinya di sebuah tempat baru dia enggak bisa," terang Denada.
"Ku pikir dia terlalu seneng, excited keluar dari rumah sampe kejedot," timpal Maia.
"Mungkin itu juga salah satunya aku nhva gak tahu, yang pasti aku pulang lihat dia sebesar telur puyuh benjol, aku sampai kontak gurunya," tutur Denada.
"Aku bilang kenapa? Dia (gurunya) bilang katanya temennya ada suatu hal jatuh dari meja, dia mau ngambil temennya di sebelah mau ngambil juga. Mereka tabrakan, Aisha ke tabrak ujung meja," ungkapnya.
"Abis itu selama dua bulan pertama tiap pulang ke rumah ada (luka) baru. Kejedot, ibu tadi aku jatuh," sambungnya keheranan.
Merasa ada yang tak beres, Denada pun sampai berdiskusi dengan guru di sekolah Aisha untuk memastikan kondisi anaknya.
"Jadi aku bingung, kenapa kok dia sering banget kejedot gtu. Akhirnya setelah aku lapor diskusi sama gurunya, gurunya bilang 'kayaknya karena dia terbiasa'," ucap Denada.
"Jadi jalan ada meja dia gak bisa memperkirakan kalo segini gue pasti akan kejedot meja. Karena dia gak pernah berada di lingkungan lain," sambungnya sampai geleng-geleng kepala.
Meski begitu Denada bersyukur karena saat ini Aisha sudah tak perlu lagi menjalani kemoterapi dan hanya diminta untuk kontrol rutin.
"Alhamdulillah sekarang protokol kemonya sendiri sudah selesai, jadi sekarang ini yang dia lakukan adalah kita rajin kontrol karena dokternya sedang melihat reaksi tubuhnya ketika kemo ini berhenti seperti apa," tutur Denada.
"Jadi kita juga masih harus tetep jaga, harus rajin jadi gak bisa ada hal-hal yg kita anggep sepele. Kalo anak lain pilek, sumeng biasa mah di rumah kalo Aisha tu beda treatment, gak boleh (sakit). Kita harus lapor (rumah sakit) dan mereka akan treat dengan serius hal kecil itu," pungkasnya.
(*)