Follow Us

Usai Diapresiasi WHO Kasus Covid-19 di Indonesia Menurun, Kepemimpinan Presiden Jokowi Dipuji Setinggi Langit oleh Profesor Singapura

Nabila Nurul Chasanati - Sabtu, 09 Oktober 2021 | 19:15
Presiden Jokowi
Kompas.com via kanal YouTube Sekretariat Presiden

Presiden Jokowi

GridHype.ID - Kasus Covid-19 di Indonesia beberapa waktu terakhir memang menurun.

Banyak pihak yang mengapresiasi kinerja pemerintah Indonesia ini dalam rangka penanganan Pandemi Covid-19.

Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia inibahkan mendapat apresiasi dari Badan Kesehatan Dunia.

Seperti yang dikutip dari GridHealth.ID, WHO menyebut Indonesia berhasil menunjukkan langkah tegas dengan mempercepat dan memaksimalkan program vaksinasi sebagai upaya mengakhiri pandemi Covid-19.

"Untuk negara yang belum bisa memproduksi vaksin sendiri, Indonesia sudah termasuk advance dalam melaksanakan vaksinasi Covid-19."

"Tantangannya menjangkau kelompok-kelompok rentan," ujar Immunization Officer WHO Indonesia dr Olivia Silalahi dalam pernyataannya, Jumat (11/6/2021) malam.

Terbaru kinerja pemerintah Indonesia mendapat apresiasi dari Peneliti asal Singapura.

Dilansir dari Tribunnews.com, Kkpemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Republik Indonesia dipuji oleh Kishore Mahbubani, seorang peneliti terkemuka Asia Research Institute di National University of Singapore.

Baca Juga: Asmaranya dengan Putra Bungsu Presiden Jokowi Kandas, Penampilan Felicia Tissue Makin Jadi Sorotan, Semakin Cantik dan Auranya Bersinar, Intip Potret Cantiknya

Kishore Mahbubani merupakan penulis Has China Won? (Humas, 2020). Ia terpilih sebagai salah satu dari 50 pemikir dunia terbaik versi majalah Prospect pada tahun 2014.

Dia juga dikenal sebagai dosen dan Profesor Praktik Kebijakan Publik pada Kebijakan Publik Lee Kuan Yew School, Universitas Nasional Singapura.

Dalam tulisannya yang berjudul "The Genius of Jokowi", Kishore Mahbuban membeberkan banyak prestasi Jokowi selama memimpin Indonesia yang dikenal sebagai negara besar dan terdiri dari beragam etnis.

Tulisan Kishore Mahbuban ini bisa diakses di Project Syndicate yang dipublikasikan pada 6 Oktober 2021.

Berikut ulasan Profesor Kishore Mahbubani yang dikutip Tribunnews.com, Kamis (7/10/2021):

Profesor Kishore Mahbubani memulai tulisannya dengan mengulas sedikit soal pemerintahan Afghanistan yang runtuh baru-baru ini dimana seluruh dunia menyaksikannya.

Berbeda dengan Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar dunia ini justru menghasilkan pemimpin yang dipilih secara demokratis di dunia yakni Presiden Joko Widodo yang dikenal sebagai Jokowi.

Profesor Kishore Mahbuban menyebut terpilihnya Jokowi sebagai Presiden RI semakin luar biasa karena Jokowi telah berhasil memimpin salah satu negara paling rumit di dunia untuk diperintah.

Indonesia secara geografis adalah negara besar.

Baca Juga: PPKM Darurat Diperpanjang Hingga 25 Juli, Presiden Jokowi Tegaskan akan Lakukan Pembukaan Bertahap Jika Kasus Covid-19 Turun

Indonesia membentang 5.125 kilometer (3.185 mil) dari timur ke barat, membuatnya lebih luas dari benua Amerika Serikat dan terdiri dari 17.508 pulau.

Selain itu, hanya sedikit negara besar yang dapat menandingi keragaman etnis Indonesia.

Ketika ekonomi Indonesia menyusut 13,1% pada tahun 1998 sebagai akibat dari krisis keuangan Asia, banyak pakar meramalkan bahwa Indonesia akan runtuh seperti Yugoslavia.

Namun kenyataannya pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap membaik.

Jokowi dinilai telah melakukan lebih dari sekadar memerintah secara kompeten.

Dia telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya.

Di awal menjabat presiden Indonesia, Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia.

Profesor Kishore Mahbubani menjelaskan bahwa hampir satu tahun setelah Joe Biden memenangkan pemilihan presiden AS pada 2020 namun 78% pendukung dari Partai Republik masih tidak percaya dia terpilih secara sah.

Biden menjabat sebagai senator AS selama 36 tahun tetapi dia tidak dapat memulihkan perpecahan di Amerika setelah Pilpres.

Baca Juga: Presiden Jokowi Targetkan Pencairan Bantuan Sosial Dipercepat, Simak Cara Cek Penerima Bansos ini Lewat Website Resmi Kemensos ini

Sebaliknya, capres dan cawapres yang dikalahkan Jokowi dalam pemilihannya kembali 2019 yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno kini menjabat di kabinetnya (masing-masing sebagai menteri pertahanan dan menteri pariwisata).

Lebih khusus lagi, Profesor Kishore Mahbubani mengatakan jika Jokowi telah membalikkan momentum pertumbuhan partai-partai politik paling “Islamis” di Indonesia yang sebagian diantaranya menjadi partai inklusif.

Sementara Presiden Jair Bolsonaro justru telah memperdalam perpecahan di Brasil, negara yang populasinya mirip dengan Indonesia.

Profesor Kishore Mahbubani mengatakan Jokowi telah menyatukan kembali negaranya secara politik.

"Seperti yang dia katakan kepada saya dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa Pilar ketiga ideologi Indonesia, Pancasila, menekankan persatuan dalam keragaman.”

Untuk itu, koalisi yang dibangun Jokowi berhasil mensahkan Omnibus Law tahun lalu, yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru.

Pengalaman pribadi Jokowi tentang kemiskinan adalah kunci untuk memahami pencapaiannya.

Jokowi sukses berkarier di politik, dia adalah gubernur Jakarta sebelum menjadi presiden RI.

Dia bisa mendirikan perusahaan dan menjadi miliarder seperti yang dilakukan banyak politisi.

Baca Juga: Gagal Jadi Mantu Presiden Jokowi Usai Putus dari Kaesang Pangarep, Felicia Tissue Bakal Akan Kembali ke Indonesia Setelah Pandemi

Tetapi kesejahteraan orang miskin tetap menjadi fokus Jokowi dan tidak mengherankan bahwa pemerintahannya telah memberikan banyak program untuk membantu warga miskin.

Pada tahun 2016, misalnya, pemerintah melakukan redistribusi tanah kepada masyarakat miskin melalui formalisasi kepemilikan tanah.

Jokowi juga memperkenalkan Kartu Indonesia Sehat (Kartu Indonesia Sehat) dan skema jaminan kesehatan nasional baru, yang ditujukan untuk memberikan perawatan kesehatan bagi warga.

(*)

singap

Source : Tribunnews.com, Gridhealth

Editor : Nabila Nurul Chasanati

Baca Lainnya

Latest