Dia telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya.
Di awal menjabat presiden Indonesia, Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia.
Profesor Kishore Mahbubani menjelaskan bahwa hampir satu tahun setelah Joe Biden memenangkan pemilihan presiden AS pada 2020 namun 78% pendukung dari Partai Republik masih tidak percaya dia terpilih secara sah.
Biden menjabat sebagai senator AS selama 36 tahun tetapi dia tidak dapat memulihkan perpecahan di Amerika setelah Pilpres.
Sebaliknya, capres dan cawapres yang dikalahkan Jokowi dalam pemilihannya kembali 2019 yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno kini menjabat di kabinetnya (masing-masing sebagai menteri pertahanan dan menteri pariwisata).
Lebih khusus lagi, Profesor Kishore Mahbubani mengatakan jika Jokowi telah membalikkan momentum pertumbuhan partai-partai politik paling “Islamis” di Indonesia yang sebagian diantaranya menjadi partai inklusif.
Sementara Presiden Jair Bolsonaro justru telah memperdalam perpecahan di Brasil, negara yang populasinya mirip dengan Indonesia.
Profesor Kishore Mahbubani mengatakan Jokowi telah menyatukan kembali negaranya secara politik.
"Seperti yang dia katakan kepada saya dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa Pilar ketiga ideologi Indonesia, Pancasila, menekankan persatuan dalam keragaman.”
Untuk itu, koalisi yang dibangun Jokowi berhasil mensahkan Omnibus Law tahun lalu, yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru.
Pengalaman pribadi Jokowi tentang kemiskinan adalah kunci untuk memahami pencapaiannya.