Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ratusan Nyawa Melayang dalam Tragedi Itaewon dan Kanjuruhan, Mengapa Kerumunan Bisa Picu Kematian?

Helna Estalansa - Senin, 31 Oktober 2022 | 15:15
Tragedi Halloween Itaewon
foto : Twitter via Tribunnews.com

Tragedi Halloween Itaewon

GridHype.ID -Tragedi Halloween Itaewon memang menyisakan duka mendalam bagi warga Korea Selatan.

Pasalnya, ratusan nyawa melayang dalam perayaan Halloween di Itaewon tersebut.

Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, sebanyak 151 orang tewas dalam kerumunan selama perayaan Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, Sabtu (29/10/2022) malam.

Kejadian kematian massal yang terjadi melibatkan kerumunan bukan pertama kalinya terjadi, setidaknya dalam tahun ini.

Sebelumnya di Stadion Kanjuruhan, Malang, awal Oktober 2022, sebanyak 135 orang tewas berdesakan setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

Bagaimana kerumunan dapat memicu kematian massal?

Kesulitan bernapas

Pakar keamanan kerumunan dan profesor tamu ilmu kerumunan di University of Suffolk di Inggris G. Keith Still mengatakan, saat berada di kerumunan massal hal yang tidak terlihat adalah gaya yang begitu kuat sehingga dapat membengkokkan baja.

Menurutnya dalam kondisi tersebut, aktivitas menarik napas menjadi sulit.

“Saat orang berjuang untuk bangun, lengan dan kaki terpelintir. Pasokan darah mulai berkurang ke otak,” kata G. Keith Still dikutip dari VOA.

Dia juga mengatakan, dibutuhkan 30 detik sebelum seseorang kehilangan kesadaran, dan sekitar enam menit mengalami asfiksia kompresif atau restriktif.

Baca Juga: Belajar dari Tragedi Kanjuruhan dan Itaewon, Festival Musik Berdendang Bergoyang Hari Ketiga Dibatalkan, Ini Kata Polisi

"Itu umumnya penyebab kematian yang dikaitkan dengan mati lemas,” ujarnya.

Dalam utas Twitter pada hari Sabtu, salah seorang saksi mengatakan mereka berada di kerumunan menggambarkan orang- orang "jatuh seperti kartu domino dan berteriak."

"Saya benar-benar merasa seperti saya akan dihancurkan sampai mati," kata mereka di tweet lain.

"Dan saya bernapas melalui lubang dan menangis dan berpikir saya sekarat."

Korban mati lemas dalam kerumunan

Still mengatakan, saat terjadi lonjakan, tekanan dari atas dan bawah orang dalam kerumunan membuat sulit bernapas karena paru-paru mereka membutuhkan ruang untuk mengembang.

Dibutuhkan sekitar enam menit untuk masuk ke asfiksia kompresif atau restriktif, kemungkinan penyebab kematian bagi orang yang tewas dalam keramaian.

Orang-orang juga dapat melukai anggota badan mereka dan kehilangan kesadaran ketika mereka berjuang untuk bernapas dan melarikan diri dari keramaian.

Dibutuhkan sekitar 30 detik kompresi untuk membatasi aliran darah ke otak dan orang-orang yang berada di keramaian menjadi pusing.

Gelombang kerumunan dapat dipicu oleh banyak situasi ketat, misalnya ketika orang mendorong orang lain atau jika seseorang tersandung, kata Still.

Namun kejadian tersebut biasanya tidak disebabkan oleh orang yang kesusahan atau mendorong untuk keluar dari keramaian.

Baca Juga: Jovi Adhiguna Nyaris Datangi Itaewon Halloween Namun Gagal Lantaran Hal Ini, Sang Selebgram: Puji Tuhan

Reaksi-reaksi itu biasanya muncul setelah kerumunan mulai runtuh.

“Orang mati bukan karena panik. Mereka panik karena mereka sekarat. Jadi yang terjadi adalah, saat tubuh jatuh, saat orang-orang berjatuhan, orang-orang berjuang untuk bangun dan Anda berakhir dengan lengan dan kaki terpelintir bersama-sama,” kata dia.

Manajemen kerumunan

Martyn Amos, seorang profesor di Universitas Northumbria di Inggris yang mempelajari keramaian, mengatakan bahwa peristiwa besar tersebut membutuhkan perencanaan yang tepat dan orang-orang yang terlatih untuk mengelola keramaian.

"Intinya secara umum adalah bahwa insiden ini akan terus terjadi selama kita tidak menerapkan proses manajemen kerumunan yang tepat yang mengantisipasi, mendeteksi, dan mencegah kepadatan kerumunan yang sangat tinggi," kata Amos dalam sebuah pernyataan kepada The Washington Post.

Tragedi Pesta Halloween di Itaewon: Korban Tewas Jadi 154, Ada 98 Perempuan dan 26 WNA

Melansir dari Tribunnews.com, jumlah korban meninggal dalam tragedi pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan pada Sabtu (29/10/2022) terus bertambah.

Mengutip dari bbc.com, korban meninggal akibat terinjak-injak di gang sempit di distrik Itaewon, Seoul bertambah menjadi 154 orang per Senin (31/10/2022).

Pejabat Korea Selatan memperingatkan jumlah korban tewas bisa saja meningkat sebab 37 korban lainnya masih terluka parah.

Para keluarga di Seoul telah mengunjungi rumah sakit dan pusat orang hilang untuk mencari kerabat, meskipun hampir semua korban tewas kini telah diidentifikasi.

Saat ini, investigasi terkait penyebab tragedi pesta Halloween di Itaewon masih berlangsung.

Hingga kini, para pejabat belum mengetahui penyebab atau pemicu yang menyebabkan insiden itu.

Dari jumlah tersebut, 98 adalah perempuan dan 56 adalah laki-laki.

Para korban masih sangat muda, lebih dari 100 korban berusia 20-an.

Sebelas remaja meninggal dan 30 korban berusia berusia tiga puluhan.

Sementara itu, ada laporan yang berbeda tentang jumlah pasti warga negara asing yang tewas.

Namun berdasarkan dari laporan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menunjukkan, ada 26 WNA yang menjadi korban tewas.

Termasuk di antaranya lima warga Iran, empat warga Rusia, dan empat warga China.

Baca Juga: Aneka Tips Kesehatan, Belajar dari Tragedi Halloween Itaewon, Simak Cara Tepat Berikan Pertolongan Pertama Tangani Serangan Jantung

(*)

Source :Kompas.comTribunnews.com

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x