Reaksi-reaksi itu biasanya muncul setelah kerumunan mulai runtuh.
“Orang mati bukan karena panik. Mereka panik karena mereka sekarat. Jadi yang terjadi adalah, saat tubuh jatuh, saat orang-orang berjatuhan, orang-orang berjuang untuk bangun dan Anda berakhir dengan lengan dan kaki terpelintir bersama-sama,” kata dia.
Manajemen kerumunan
Martyn Amos, seorang profesor di Universitas Northumbria di Inggris yang mempelajari keramaian, mengatakan bahwa peristiwa besar tersebut membutuhkan perencanaan yang tepat dan orang-orang yang terlatih untuk mengelola keramaian.
"Intinya secara umum adalah bahwa insiden ini akan terus terjadi selama kita tidak menerapkan proses manajemen kerumunan yang tepat yang mengantisipasi, mendeteksi, dan mencegah kepadatan kerumunan yang sangat tinggi," kata Amos dalam sebuah pernyataan kepada The Washington Post.
Tragedi Pesta Halloween di Itaewon: Korban Tewas Jadi 154, Ada 98 Perempuan dan 26 WNA
Melansir dari Tribunnews.com, jumlah korban meninggal dalam tragedi pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan pada Sabtu (29/10/2022) terus bertambah.
Mengutip dari bbc.com, korban meninggal akibat terinjak-injak di gang sempit di distrik Itaewon, Seoul bertambah menjadi 154 orang per Senin (31/10/2022).
Pejabat Korea Selatan memperingatkan jumlah korban tewas bisa saja meningkat sebab 37 korban lainnya masih terluka parah.
Para keluarga di Seoul telah mengunjungi rumah sakit dan pusat orang hilang untuk mencari kerabat, meskipun hampir semua korban tewas kini telah diidentifikasi.
Saat ini, investigasi terkait penyebab tragedi pesta Halloween di Itaewon masih berlangsung.
Hingga kini, para pejabat belum mengetahui penyebab atau pemicu yang menyebabkan insiden itu.