Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Dulu Dicibir Lantaran Tak Masuk Akal, 4 Teori Aneh Stephen Hawking Ini Kini Malah Terbukti Jadi Kebenaran

Ruhil Yumna - Senin, 09 Agustus 2021 | 13:45
Stephen Hawking
Hawking.org.uk

Stephen Hawking

GridHype.ID - Kendati memiliki kondisi tubuh lemah, namun pemikiran fisikawan ini bahkan masih bermanfaat bagi peradaban manusia.

Buah pemikirannya ia tuangkan dalamtesis doktoralnya pada tahun 1966.

Sejak tahun itulah ia terus menelurkan berbagai karya terobosannya berlanjut tanpa henti hingga makalah terakhirnya pada tahun 2018 diselesaikan hanya beberapa hari sebelum kematiannya pada usia 76 tahun.

Semasa hidupnya, salah satu fisikawan teoretis terbesar di zaman modern ini terkenal karena penampilannya di media populer dan perjuangan seumur hidupnya melawan penyakit yang melemahkan tubuhnya itu.

Namun ia tak hanya terkenal semasa hidupnya. Setelah meninggal pun namanya terus diperbincangkan karena satu per satu teori yang dulu pernah ia kemukakan terbukti benar di kemudian hari.

Setidaknya ada empat teori Stephen Hawking yang kini telah terbukti benar.

Mulai dari pandangannya yang menakjubkan tentang lubang hitam hingga penjelasannya tentang awal mula alam semesta yang sederhana, berikut adalah empat teorinya yang sudah terbukti benar, sebagaimana dikutip dari Live Science.

Baca Juga: Tak Terduga, Eksperimen Mengejutkan Ini Berhasil Ubah Air Menjadi Logam, Ini Faktanya

1. Teori Big Bang

Hawking memulai dengan awal yang baik dengan tesis doktoralnya, yang ditulis pada saat kritis ketika ada perdebatan sengit antara dua teori kosmologis yang saling bersaing, yakni Teori Big Bang dan Teori Steady State.

Kedua teori menerima bahwa alam semesta mengembang, tetapi yang pertama mengasumsikan alam semesta mengembang dari keadaan ultra-kompak dan super-padat pada waktu yang terbatas di masa lalu,

sedangkan yang kedua mengasumsikan alam semesta telah mengembang selamanya, dengan materi baru yang terus-menerus diciptakan untuk mempertahankan kepadatan yang konstan.

Dalam tesisnya, Hawking menunjukkan bahwa penjelasan teori Steady State secara matematis bertentangan dengan teori itu sendiri.

Sebaliknya, dia berpendapat bahwa alam semesta dimulai sebagai titik yang sangat kecil dan padat yang disebut singularitas.

Saat ini, deskripsi Hawking ini hampir diterima secara universal di kalangan para ilmuwan.

Baca Juga: Kurangi Kopi dari Sekarang Jika Tak Ingin Masa Tuamu Terancam, Ilmuwan Sebut Otak Manusia Bisa Menyusut Hingga Sebabkan Kondisi Mengerikan ini

2. Lubang hitam itu nyata

Selama ini Stephen Hawking paling dikaitkan dengan lubang hitam, jenis singularitas lain yang terbentuk ketika sebuah bintang mengalami keruntuhan total di bawah gravitasinya sendiri.

Teori tentang adanya lubang hitam ini muncul dari penafsiran terhadap teori relativitas umum Albert Einstein dan telah diperdebatkan selama beberapa dekade ketika Hawking mengalihkan perhatiannya kepada objek ini pada awal 1970-an.

Menurut sebuah artikel di Nature, kejeniusan Hawking adalah menggabungkan persamaan Einstein dengan persamaan mekanika kuantum, mengubah apa yang sebelumnya menjadi abstraksi teoretis menjadi sesuatu yang tampaknya benar-benar ada di alam semesta.

Bukti terakhir bahwa Hawking benar datang pada tahun 2019, ketika Event Horizon Telescope memperoleh gambar langsung dari lubang hitam supermasif yang bersembunyi di pusat galaksi raksasa Messier 87.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak Naik, Studi Terbaru Lewat Alat Deteksi Kekebalan Virus Corona Sebut Tidak Semua Orang Terinfeksi dan Tergantung Imunitas Seseorang

3. Radiasi Hawking

Lubang hitam diberi nama demikian karena memiliki gaya gravitasi begitu kuat sehingga foton atau partikel cahaya seharusnya tidak bisa lepas darinya.

Namun dalam karya awalnya tentang masalah ini, Hawking berpendapat bahwa beberapa foton akan tampak terpancar dari lubang hitam.

Teori yang kini disebut sebagai radiasi Hawking itu baru-baru ini terkonfirmasi benar dalam sebuah percobaan laboratorium di Technion-Israel Institute of Technology di Israel.

Para peneliti di Isrel itu menggunakan analog akustik, sebuah "lubang hitam sonik" yang mana gelombang suara tidak dapat melarikan diri darinya.

Mereka mendeteksi sesuatu yang ekuivalen dari radiasi Hawking sesuai dengan prediksi fisikawan besar tersebut.

Baca Juga: Ilmuwan Mewanti-wanti akan Bahaya Komunikasi dengan Alien, Bisa Musnahkan Kehidupan di Bumi

4. Teorema area lubang hitam

Dalam fisika klasik, entropi atau ketidakteraturan suatu sistem, hanya dapat bertambah seiring waktu, tidak pernah berkurang.

Bersama dengan Jacob Bekenstein, Hawking mengusulkan bahwa entropi lubang hitam diukur dengan luas permukaan cakrawala peristiwa di sekitarnya.

Teorema area lubang hitam tersebut, yang diturunkan Hawking pada tahun 1971 dari teori relativitas umum Einstein, menyatakan bahwa tidak mungkin luas permukaan lubang hitam berkurang seiring waktu.

Penemuan baru-baru ini terkait gelombang gravitasi yang dipancarkan oleh penggabungan dua lubang hitam menunjukkan bahwa Hawking benar lagi.

Baca Juga: Uji Coba Panjangkan Umur Tikus Diklaim Berhasil, Ilmuwan Israel Rencanakan untuk Diterapkan pada Manusia

Seperti yang pernah dikatakan Hawking kepada BBC pada tahun 2016 saat ada dua lubang hitam diketahui saling bergabung,

"sifat-sifat sistem yang diamati tersebut konsisten dengan prediksi tentang lubang hitam yang saya buat pada tahun 1970 ... luas lubang hitam terakhir lebih besar daripada total luas dua lubang hitam awal."

Pengamatan yang lebih baru pada 202 telah memberikan konfirmasi lebih lanjut tentang "teorema area lubang hitam" Hawking ini.

Jadi, secara bertahap, dunia seolah sedang membuktikan kebenaran satu per satu prediksi yang menakjubkan dari Stephen Hawking ini.

Baca Juga: Keberadaannya Jadi Misteri, Para Ilmuwan Buru Wanita China yang Diduga Kuat sebagai Pasien Nol Covid-19

(*)

Source : Live Science National Geographic

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x