Pola mutasi pada varian virus corona B.1.351 ini berbeda yang tampaknya menyebabkan lebih banyak perubahan fisik pada struktur protein spike, bagian virus yang menginfeksi sel inangnya.
Satu mutasi penting yang disebut dengan E484K, tampaknya telah memengaruhi domain pengikat reseptor. Hal ini membuat para ilmuwan khawatir, sebab perubahan mutasi virus pada strain ini dapat membantunya lolos dari efek vaksin Covid-19.
"Kabar baiknya adalah vaksin yang ada sekarang masih akan efektif melawan mutan. Kabar serius, saat Anda mendapatkan lebih banyak replikasi, Anda bisa mendapatkan lebih banyak evolusi mutan, yang berarti Anda selalu harus menjadi selangkah lebih maju," kata director of the National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Anthony Fauci.
Tim peneliti di Columbia University, Pusat Penelitian AIDS Aaron Diamond dan tempat lain telah menguji versi mutasi virus yang dibuat di laboratorium terhadap sampel darah orang yang divaksinasi.
Peneliti mengatakan, tampaknya efek vaksinasi agak berkurang, namun tidak cukup melemahkan perlindungan. Akan tetapi, vaksin Covid-19 Novovax telah merilis hasil awal uji klinis dengan efikasi mencapai 89 persen efektif dalam uji coba fase 3 di Inggris.
Sedangkan uji coba fase 2 dengan skala peserta yang lebih kecil juga telah dilakukan di Afrika Selatan, namun hasil sementara efikasi vaksin ini hanya 60 persen.
Baca Juga: Tak Bisa Dipakai Dalam Waktu Lama, Berikut 5 Tanda Masker Kain Sudah Harus Diganti
3. Varian virus corona P.1
Mutasi virus SARS-CoV-2 dengan varian baru juga terdeteksi di Brasil. Varian ini diduga memicu lonjakan penyebaran virus corona di negara ini.
Varian P.1 juga dilaporkan telah memasuki Minnesota yang terdeteksi pertama kali pada Januari lalu, diketahui dibawa oleh pelancong dari Brasil.
P.1 juga membawa mutasi E484K. Varian virus corona tersebut ditemukan pada 42 persen spesimen dalam satu survei yang dilakukan di kota Manaus, Amazon, Brasil.
Pejabat Jepang juga menemukan varian yang sama pada empat pelancong dari Brasil.