Ia membuka Crisis Center di Kandang Singa untuk memberikan respon cepat kepada keluarga korban.
"Saya sampai setiap malam selalu memikirkan."
"Sejak hari pertama sampai saat ini juga susah tidur, tidak nyenyak, ada perasaan mengganjal yang saya rasakan," ungkapnya.
"Kemarin saya dan manajer bergerak ke Trenggalek, Tulungagung, untuk ke rumah duka, sedih banget rasanya."
"Mereka kehilangan orang yang dicintai, kehilangan kepala keluarga yang mencari nafkah untuk anak dan istrinya," tuturnya.
Meskipun sudah melakukan banyak hal untuk para korban, bayangan tangis keluarga korban tak cukup menghilangkan rasa bersalah.
"Ini benar-benar kejadian yang hanya bukan saya."
"Hampir semua manajemen, pemain dan yang terlibat semuanya mengalami trauma yang sangat luar biasa," ungkapnya lagi.
Proses pemulihan fisik dan mental para pemain dan official juga menjadi perhatiannya sebagai Presiden Arema FC.
“Begitu banyak yang ingin saya lakukan, tetapi posisi Presiden Arema FC adalah posisi kehormatan yang tidak memiliki legal standing."
"Posisi ini diberikan kepada saya oleh PT AABBI, pemilik Arema FC, karena perusahaan saya masuk sebagai salah satu sponsor dan investor kecil," kata Gilang.