Dikutip dari Kompas.com, Menurut Ahmad Sulaeman, PhD., Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB University sekaligus Sekjen Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan, mengonsumsi jengkol berlebihan dapat menyebabkan jengkoulen.
Jengkoulen atau jengkolan merupakan salah satu efek negatif makan jengkol terlalu banyak yang ditandai dengan sulit buang air kecil.
"Bisa dari urin (tandanya), kalau di Jawa Barat namanya jengkoulen. Kadang kalau parah bisa berdarah tetapi itu kan temporer juga," kata Sulaeman kepada Kompas.com, Rabu (15/9/2021).
Sulaeman menuturkan, efek jengkoulen disebabkan oleh kandungan asam oksalat atau asam jengkolat dalam jengkol.
Asam jengkolat merupakan jenis asam yang mengandung sulfur sehingga tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Bukan hanya jengkoulen, Sulaeman menuturkan, asam jengkolat juga bisa menyebabkan penyakit batu oksalat atau batu ginjal.
"Jadilah misalnya ada orang mengalami susah buang air kecil, urinnya berdarah karena terbentuk kristal kan, kristal bisa dari asam jengkolat itu terbentuk kristal, mungkin terbentuk batu oksalat dan sebagainya," jelas Sulaeman.
Tak berhenti sampai di sana, menurut dr Okki Ramadian SpPD, ahli penyakit dalam dari RS Mitra Keluarga, kristal yang menumpuk di saluran ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
"Jadi, jengkol itu prinsipnya bagus. Dia masuk dalam golongan sayuran, dia juga anti radikal bebas," tutut Okki Ramadian dalam berita Kompas.com yang tayang pada Rabu (24/10/2018).
"Namun konsumsi jengkol yang berlebihan bisa membuat gagal ginjal juga," tutur Okki.
Menurut Sulaeman, adanya beberapa efek negatif makan jengkol bukan berarti jengkol tidak boleh dikonsumsi.