Shafira memaparkan bahwa penelitian ini berawal dari diskusi yang membahas kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi daun kirinyuh sebagai obat herbal alami untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya adalah hiperkolesterolemia.
Dan dari diskusi tersebut, Shafira dan tim menemukan beberapa pertanyaan sekaligus penyangkalan yang tidak dapat dijawab, sehingga menimbulkan sebuah ide penelitian.
Daun Kirinyuh untuk Atasi Kolesterol
"Beberapa pertanyaan yang ada di benak tim adalah zat apa dalam daun itu yang benar-benar sakti sampai masyarakat menganggap kirinyuh dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit?," tutur Shafira.
Shafira juga menambahkan bahwa masyarakat sekitar diketahui biasa mengonsumsi kirinyuh dengan cara direbus hingga mendidih, sehingga muncullah pertanyaan terkait lainnya.
"Bukankah pemanasan dengan suhu tinggi dapat menghilangkan senyawa aktif dari daun tersebut?" tuturnya.
Menurut kajian literatur yang telah dilakukan tim, senyawa flavonoid merupakan senyawa dalam daun kirinyuh yang dapat menurunkan kolesterol.
Flavonoid sendiri dinilai dapat menghambat aktivitas enzim HMGCR, yang berperan penting dalam produksi kolesterol dalam tubuh.
Apabila enzim tersebut dihambat aktivitasnya, tentu produksi kolesterol dalam tubuh akan berkurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Shafira dan tim adalah memformulasikan kirinyuh dalam sediaan nanopartikel ekstrak, kemudian diuji efektivitasnya dalam menurunkan kolesterol pada tikus yang mengalami hiperkolesterol.
Hasilnya, pemberian nanopartikel ekstrak daun kirinyuh dapat menurunkan kadar kolesterol pada tikus secara signifikan.