Proses pengalengan itu yang memungkinkan makanan dapat awet atau aman dimakan selama 1-5 tahun atau lebih.
Dalam proses pengalengan tersebut biasanya memakai suhu panas tinggi, sehingga membuat vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C dan B dapat rusak.
Vitamin yang larut dalam air sensitif terhadap panas dan udara secara umum, sehingga vitamin tersebut juga dapat hilang selama proses pengolahan, memasak, dan metode penyimpanan yang biasa digunakan di rumah.
2. Mengandung sejumlah kecil BPA
BPA (bisphenol-A) adalah bahan kimia yang sering digunakan dalam kemasan makanan, termasuk kaleng. Sehingga, itu membuat makanan kaleng dianggap kurang sehat.
Mengutip Healthline, studi menunjukkan bahwa BPA dalam makanan kaleng dapat berpindah dari lapisan kaleng ke dalam makanan yang dikandungnya.
Kemudian sebuah penelitian, peserta yang mengonsumsi 1 porsi sup kalengan setiap hari selama 5 hari mengalami lebih dari 1.000 persen peningkatan kadar BPA dalam urin mereka.
Baca Juga: Jadi Sampah di Luar Negeri, Makanan Satu Ini Malah Jadi Kudapan Lezat di Indonesia
Meskipun buktinya beragam, beberapa penelitian pada manusia telah menghubungkan BPA dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan disfungsi seksual pria.
3. Berpotensi mengandung bakteri mematikan
Mengutip Healthline, makanan kaleng dianggap kurang sehat karena dapat mengandung bakteri berbahaya yang dikenal sebagai Clostridium botulinum, jika dalam proses pengalengannya tidak dilakukan dengan benar.
Namun, hal itu sangat jarang terjadi pada produk bermerek legal.