Hal tersebut berkaitan dengan kondisi racun yang dikandung oleh petai dan jengkol.
Meski disebut sebagai racun, kandungan pada petai dan jengkol tidak akan membuat orang yang mengonsumsinya menjadi keracunan.
Baginya, setiap makanan memiliki kandungan baik dan buruknya, sama seperti petai dan jengkol.
"Yang namanya makanan itu pasti ada yang baiknya dan ada yang jeleknya, ada manfaat dan hal-hal tertentu yang bisa merugikan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sulaeman mengatakan bahwa risiko buruk yang diterima terjadi karena konsumsinya yang berlebihan.
“Adapun kasus-kasus orang merasakan sesuatu kesakitan setelah mengonsumsi ini, itu adalah karena kelebihan," jelas Sulaeman.
Meski risiko buruk berkaitan dengan jumlah konsumsinya, belum ada batasan secara spesifik yang menjadi pedoman untuk mengonsumsi petai dan jengkol.
“Toksivitas juga ada penelitiannya tetapi berapa jumlahnya itu belum ada batasan karena ada keragaman kan,” tuturnya menjelaskan.
Keragaman yang disinggung oleh Sulaeman adalah mengenai kandungan racun atau xat antigizi dalam jengkol dan petai.
Tak hanya itu, keragaman juga bisa berasal dari kondisi manusia yang berbeda-beda.
Kombinasi makanan lain juga memberi pengaruh bagi efek samping konsumsi petai dan jengkol.