Penemuan itu diterbitkan pada 1 Februari lalu di jurnal Clinical Cancer Research.
Lebih dari 200.000 wanita di AS terdiagnosa setiap tahun kanker payudara dan sebagian besar memiliki kanker payudara estrogen reseptor positif.
Satu dari obat yang paling lazim untuk mengobati jenis kanker ini adalah tamoxifen yang bertindak mengurangi kemampuan estrogen untuk meningkatkan pertumbuhan kanker.
Di studi pada hewan tersebut periset menginduksi pertumbuhan kanker di tikus yang mendapatkan pola makan terus menerus genistein dan pada tikus yang tak pernah mengonsumsi genistein sampai kanker terbentuk.
Semua tikus diobati dengan tamoxifen untuk membunuh kanker tersebut.
Hasilnya, semua tikus yang dibesarkan dengan genistein hanya memiliki kemungkinan tujuh persen kekambuhan kanker setelah pengobatan tamoxifen.
Namun tikus yang baru mendapat genistein setelah kanker memiliki tingkat kekambuhan 33 persen.
Baca Juga: Jangan Sampai Kecolongan! 5 Makanan Ini Harus Kamu Hindari untuk Mengurangi Risiko Kanker Payudara
Masih belum jelas mengapa genisten memiliki efek ini, tetapi hal itu mungkin berhubungan sistem kekebalan tubuh yang diaktivasi oleh isoflavon,
mengenalinya sebagai nutrisi yang sudah diasup begitu lama, begitu kata peneliti senior Leena Hilakivi-Clarke, profesor onkologi dari Georgetown Lombardi Comprehensive Care Center.
Hal ini mungkin menghasilkan genistein tampak lebih seperti estrogen yang menyebabkan pertumbuhan kanker dan bukannya berfungsi sebagai zat pembasmi tumor.