Mengutip dari tribunnews.com, ada lima asosiasi yang memprotes rancangan tersebut yakni Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP).
I Ketut Rana Wiarcha, Ketua IAI mengatakan kalau rancangan ini justru kurang mencerminkan kemajuan peradaban, terutama pada era digital seperti sekarang.
Menurutnya, sudah menjadi keharusan gedung istana menjadi contoh bangunan yang secara teknis mencirikan bagaimana prinsip pembangunan rendah karbon.
Senada dengan IAI, Prasetyoadi, Anggota GBCI mengatakan kalau desain seperti ini tak fungsional.
Ia juga mempertanyakan kapasitas rancangan desain milik Nyoman Nuarta, seorang pematung yang pernah menggarap proyek Garuda Wisnu Kencana Bali, adalah bukan arsitektur.
Selain itu, ia juga menyatakan keresahannya karena pembangunan gedung ini dilakukan secara tertutup.
Selain para arsitek profesional, netizenjuga ramai mengomentari rancangan bangunan ini.
Menurut mereka, rancangan tersebut mengingatkan dengan salah satu panggung festival musik Djakarta Warehouse Project atau DWP.
Seperti diketahui, festival musik elektronik itu memiliki panggung utama bernama Garudha Land Stage.