"Kejadian (kebakaran) karena petir sebenarnya sudah berulang kali terjadi di kilang-kilang minyak instalasi Pertamina," kata Zoro dihubungi Kompas.com, Senin (29/3/2021).
Zoro menjelaskan, ini karena jenis petir yang ada di Indonesia berbeda dengan standar keamanan yang dipakai Internasional, di mana standar ini pula yang diterapkan oleh Pertamina.
"Jadi artinya kurang cukup, perlu proteksi yang lebih (untuk kilang minyak terhadap petir)," ujar Zoro.
Sedangkan dalam standar kilang minyak Internasional, disebutkan bahwa tangki minyak tidak perlu diberi proteksi tambahan karena tangki terbuat dari metal.
"Tangki itu kan arus listrik, jadi kalau kena metal (arus listrik) akan hilang," ujar Zoro yang juga menjadi anggota Badan Standardisasi Petir Dunia-International Electrotechnical Commission (IEC)TC 81: Lightning sejak 1995.
"Ternyata kalau di Indonesia enggak. Karena petir kita ternyata memiliki karakteristik berbeda," imbuh dia.
Dikatakan Zoro, karakteristik petir di Indonesia memiliki ekor yang lebih panjang dan amplitudonya lebih tinggi.
"Sehingga bagian tangki yang di atas, kalau kena petir bisa bolong. Kalau sudah bolong, ada (tercipta) segitiga api berupa oksigen, api, dan ada bahan bakar (yang bisa menyebabkan ledakan," jelas Zoro.
"Kalau saya lihat dari video, di Balongan ini empat tangki besar yang terbakar. Kalau ada alasan, minyak rembes masuk tangki, itu enggak masuk akal di perminyakan. Namanya kelalaian luar biasa."
Dikatakan Zoro, pihaknya juga sudah pernah melakukan survei dan evaluasi untuk sistem proteksi pertamina Balongan sejak lama.