Meski begitu, seperti yang dikutip dari Kontan.co.id, masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebelum mencapai kesimpulan yang pasti terhadap kemungkinan reinfeksi atau infeksi ulang.
Bahkan, mengutip Kompas.com, penelitian yang diterbitkan di Lancet Infectious Disease menunjukkan seseorang bisa mengalami gejala yang lebih parah pada kasus infeksi Covid-19 yang kedua.
Seorang pria berusia 25 tahun di Nevada yang pernah terinfeksi Covid-19 pada bulan April 2020 diteliti secara terperinci oleh para ilmuwan.
Awalnya pria itu mengalami gejala umum seperti batuk, sakit tenggorokkan, sakit kepala, mual, dan diare hingga akhirnya dinyatakan negatif.
Tapi, pada akhir bulan Mei 2020, pria itu mulai mengalami gejala yang sama hingga akhirnya dinyatakan positif Covid-19 untuk kedua kalinya pada bulan Juni awal tahun 2020.
Sayangnya, gejala yang dialami semakin serius hingga dokter harus memberikan oksigen tambahan untuk membantu pernapasannya.
Walau demikian, asisten professor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina mengungkapkan bahwa kejadian yang menimpa pria tersebut bisa saja kebetulan.
Menurut Mina, kasus reinfeksi serius dari jutaan kasus Covid-19 di Amerika Serikat sangat jarang terjadi.
“Reinfeksi sangat penting untuk membangun sistem kekebalan kita. Tapi seperti apa pun, ketika cukup banyak orang yang terpapar ulang, akan ada kasus langka di sana-sini, di mana seseorang itu bisa saja lebih sakit ketika terinfeksi untuk kedua kalinya," tulisnya dalam sebuah unggahan di Twitter.