Mereka menggunakan uji cobaeksperimen manusia untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyakit seperti malaria, flu, tifus dan kolera.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengobatan dan vaksin untuk melawannya.
"Peserta uji coba akan diizinkan pulang setelah 14 hari pertama hanya jika 'pengujian ekstensif' menunjukkan bahwa mereka tidak menular," kata Chris Chiu dari Imperial, kepala penyelidik sidang.
Baca Juga: Apa Itu Vaksin Nusantara? Begini Penjelasan dari Terawan Agus Putranto
"Tujuan dariuji coba ini adalah untuk memahami bagaimana virus menginfeksi orang dan bagaimana virus itu berhasil menular di antara kita," tambah Chiu.
Ia juga mengatakan uji coba lebih lanjut menggunakan model eksperimen yang kemudian dapat dilakukan dalam beberapa bulan dan tahun ke depan untuk menetapkan vaksin dan perawatan mana yang bekerja paling baik.
Tak hanya itu, relawan akan mendapatkan kompensasi sekitar £ 88 ($ 122) per hari selama masa studi yang juga akan melibatkan pemantauan lanjutan selama satu tahun.
Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan Negara Lain, Jokowi Minta Produksi Vaksin Merah Putih Dipercepat
Penelitian tersebut akan dilakukan di lingkungan yang aman dan terkendali sehingga meminimalkan resiko apapun.
Tim penelitian juga mengungkapkan untuk membuat uji coba seaman mungkin akan digunakan virus versi SARS-CoV-2 yang telah beredar di Inggris sejak Maret 2020, bukan salah satu varian baru.
(*)