Follow Us

Awan Ini Jadi Penyebab Berbagai Tragedi dari AirAsia, Adam Air, Garuda hingga Sriwijaya Air, Begini Penjelasan Kenapa Cumulonimbus Jadi 'Mimpi Buruk' Penerbangan

None - Senin, 11 Januari 2021 | 13:45
Awan Cumulonimbus di langit Samudra Pasifik
Instagram/@santiagoborja

Awan Cumulonimbus di langit Samudra Pasifik

Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall.

Lebih lanjut kata dia, biasanya saat pesawat memasuki awan akan terjadi guncangan pada pesawat.

Sementara itu, kecepatan angin disekitar hilangnya kontak pesawat pada ketinggian 30.000 feet yaitu 20 knot. Sedangkan pada ketinggian diatas 34.009 feet yaitu 25 knot.

Dalam kecepatan itu, Syamsul mengatakan, pesawat amsih bisa melaluinya dengan aman.

Baca Juga: Sebuah Studi di Wuhan Sebut Gejala Covid-19 Bisa Bertahan Selama 6 Bulan Pasca Keluar dari Rumah Sakit

Sebenarnya, lanjut Syamsul, kondisi berawan tersebut sudah bisa diketahui airlines karena sebelum take off pasti BMKG sudah memberikan informasi terkait cuaca kepada otoritas bandara.

Namun, memang kata dia, saat pesawat teraebut take off kondisi cuaca masih kondusif.

"Saat airlines memutuskan untuk terbang berarti sudah menganalisa siap terhadap cuaca," kata dia.

Garuda Indonesia Airlines

Pendaratan darurat pesawat B737-300 Garuda Indonesia GA421 di anak sungai Bengawan Solo akibat mesin mati
Airlive.net

Pendaratan darurat pesawat B737-300 Garuda Indonesia GA421 di anak sungai Bengawan Solo akibat mesin mati

Kejadian serupa juga dialami pesawat Garuda Indonesia.

Dijelaskan, pesawat dengan nomor penerbangan 421 pada 16 Januari 2002 itu mengalami kecelakaan akibat gangguan awan badai.

Source : Tribun Style

Editor : Ruhil Yumna

Baca Lainnya

Latest