Namun penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air belum diketahui.
Tim penyelamat saat ini tengah mencari Black Box pesawat SJ182 di laut di sekitar Pulau Laki.
Sementara itu, hasil analisis Badan Metereologi, Klimatologi dan geofisika (BMKG) menyatakan, saat ini banyak potensi terbentuknya awan yang bisa membahayakan penerbangan di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Berdasarkan analisis dan prediksi BMKG yang disampaikan Desember lalu dan selalu diperbarui hingga Januari 2021, secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan Cumulonimbus yang dapat membahayakan penerbangan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat keterangan tertulis, Jakarta, Ahad, sebagaimana dilansir dari ANTARA.com.
Sedangkan deputi bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan, awan Cumulonimbus ini berpotensi ada terutama di Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
"BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," kata Guswanto.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, BMKG sejak Oktober telah memprediksikan bahwa Puncak Musim Hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.
Di mana saat puncak musim hujan terjadi maka potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia juga akan meningkat.
Guswanto mengatakan, untuk tujuh hari ke depan diprediksikan potensi cuaca ekstrem berpeluang terjadi di sejumlah wilayah.
Cuaca tersebut berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, hujan lebat disertai angin kencang dan kilat atau petir, serta gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.