“Pertemuan dengan Kak Zawiyah, suami serta anak-akanya dan mertua merupakan pesan dan pertemuan terakhir malam itu,” ujar Muhammad Idris.
Kabar buruk terus menggema pada malamnya dengan sepeda motor Honda Cup 700, Muhammad berusaha menerobos ke Kajhu.
Namun tidak bisa sama sekali dan semua pasrah dan lesu melihat korban tergeletak di berbagaisisi kawasan Banda Aceh.
Ke esokan harinya, saya (Yusmandin Idris) berkumpul bersama teman-teman di Kantor Biro Serambi Bireuen, mendengar berbagai kejadian di Banda Aceh, yaitu Zulkifli (Sopir Serambi), Tarmizi (mantan karyawan Serambi) dan seorang lainnya warga Juli.
Kami sepakat berangkat ke Banda Aceh, satu orang bertugas mencari mobil sewaan atau pinjam, satu orang bertugas membeli minyak, satu orang membeli makanan dan satu orang sebagai sopir.
Sebelum berangkat saya ingatkan istri agar keluarga di Peureulak dan Bireuen untuk tidak berangkat ke Banda Aceh menunggu kabar dari saya.
Istri saya menyiapkan pakaian seadanya dalam tas jinjing.
Baca Juga: Berusia 6.000 Tahun dan Ditemukan di Lait Mati, Begini Penampakan Tertua di Dunia
Kami berempat berangkat sekitar pukul 16.00 WIB, Senin (27/12/2004) ke Banda Aceh dengan mobil sedan pinjaman sekitar pukul 22.00 WIB tiba di kawasan Simpang Surabaya Banda Aceh.
Sejumlah orang yang kami jumpai mengabari sulit ke Darussalam.
Karena masih ada air dan jalan tertutup.
Dengan tekad kami terus bergerak melalui Ulee Kareng ke Darussalam dan langsung ke tempat pemondokankeluarga lainnya.