Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sejarah dan Makna Bleketepe yang Dipasang Jokowi Jelang Pernikahan Kaesang-Erina, Tanda Dimulainya Hajat Sang Presiden

Puspita Rahayu - Sabtu, 10 Desember 2022 | 09:30
Presiden Jokowi memasang bleketepe tanda dimulai hajatan pernikahan putrinya.
tribunnews

Presiden Jokowi memasang bleketepe tanda dimulai hajatan pernikahan putrinya.

Gridhype.id-PernikahanKaesang PangarepdanErina Gudonodigelar dengan berbagai rangkaian acara adat yang menarik perhatian, salah satunya pemasanganbleketepe.

Diketahui bahwa Presiden Joko Widodo melakukan pemasanganbleketepejelang pernikahanKaesang PangarepdanErina Gudono.

Pemasanganbleketepetersebut dilakukan di kediaman Presiden Joko Widodo di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah.

Adapun pemasanganbleketepejuga sekaligus menandai prosesi siraman untukKaesang Pangarep.

Memiliki nama yang unik dan sarat akan makna sejarah, lantas apa sebenarnyableketepeitu?

Dirangkum dari lamanTribun Jateng,bleketepeberasal dari katabaledankatapiyang berarti tempat untuk bale,

Sementara itu, Katapi berasal dari kata tapi yang berarti memisahkan kotoran kemudian dibuang.

Dengan demikian, makableketepedapat dimaknai sebagai tempat di mana kotoran dipilah untuk dibuang.

Bleketepe terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih hijau dan nantinya akan dipasang mengelilingi area pernikahan.

Masyarakat Jawa meyakini bahwableketepedapatmenghindarkan calon pengantin dan keluarga dari segala marabahaya dan niatan jahat.

Di sekitarbleketepebiasanya juga dilengkapi dengan hiasan-hiasan lain seperti janur, daun alang-alang, hingga pisang raja.

Bukan hanya sekadar jadi hiasan, beberapa pelengkap tersebut memiliki makna tersendiri.

Baca Juga: Ditinggal Nikah Kaesang Pangarep, Felicia Tissue Pilih Lakukan Hal Ini

Prosesi Siraman Kaesang Pengarep dan Erina Gudono.
Tribunnews

Prosesi Siraman Kaesang Pengarep dan Erina Gudono.

Janur kuning digambarkan sebagai lambang cita-cita yang tinggi, sementara daun alang-alang sebagai simbol rintangan,

Ada pula penggunaan daun opo-opo yang menggambarkan harapan agar tidak terjadi hal buruk selama prosesi pernikahan maupun kehidupan mendatang.

Dua tundun pisang raja yang masak memiliki makna pengantin dapat diberikan kemakmuran dan kemuliaan seperti raja.

Penggunaan pisang raja ini tidak dapat digantikan dengan jenis pisang lain agar tidak menghilangkan makna yang ada.

Pemasanganbleketepedalam adat Jawa dilakukan oleh ayah atau wali nikah pengantin.

Setelahbleketepeterpasang, maka tandanya calon pengantin sudah siap menjalani prosesi siraman.

Biasa dipasang di bagian depan rumah,bleketepemenyimpan makna tentang kesiapan keluarga untuk menggelar rangkaian pernikahan.

Daun kelapa yang dipakai harus yang masih berwarna hijau muda, kemudian dianyam dengan besar rata-rata 50 cm x 200 cm.

Pemasangan bleketepemerupakan ajakan orang tua serta calon pengantin kepada para tamu undangan maupun kepada siapapun yang terlibat dalam prosesi pernikahan untuk menyucikan diri.

Tamu undangan yang datang dan berkelilingbleketepediharapkan akan bersih lahir dan batin.

Sejarah pemasanganbleketepeternyata sudah melekat kuat sejak zaman dahulu.

Pakar kebudayaan Jawa asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Supardjo mengatakan,bleketepemerupakan bagian dari proses pernikahan adat Jawa yang terbuat dari anyaman daun kelapa.

Baca Juga: Pernikahan Kaesang dan Erina Tinggal Sudah di Depan Mata, Begini Pesan Presiden Jokowi untuk Sang Putra dan Calon Mantunya

"Biasanya yang bukan janur. Jadi justru yang sudah hijau atau sudah tua, istilahnya blarak," kata Supardjo dilansir darikompas.com.

Asal mula pemasanganbleketepesudah ada sejak lama dan dimulai oleh Ki Ageng Tarub.

Kala itu Ki Ageng Tarub memilikigaweuntuk menikahkan anaknya, sayangnya beliau tidak memiliki area yang cukup untuk menampung tamu yang hadir.

Padahal, dalam adat Jawa baiknya pernikahan mengundah banyak orang untuk hadir.

"Padahal, tata krama adat Jawa itu kalau mengundang orang banyak apabila berkenan datang itu disediakan tempat duduk termasukpayon,"jelas Supardjo.

"Kalau tidak adapayon, tidak etis, tidak menghormati tamu," sambungnya.

Berawal dari hal tersebut, lantas muncul pemasangan tarub danbleketepedi bagian depan rumah.

Baca Juga: 'Sudah Tiga Kali Diundang', Pedagang Angkringan Ini Terima Undangan Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

(*)

Source :Kompas.comTribun Jateng

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x