Gridhype.id-Kematian satu keluarga di Kalideres Jakarta masih menyimpan banyak misteri hingga saat ini.
Pihak berwajib masih terus mendalami motif terkait tewasnya 4 anggota keluarga tersebut.
Penemuan 4 mayat di dalam rumah yang berada di Perumahan Citra Garden 1 extension ini terjadi pada Kamis (10/11/2022).
Setelah keempat mayat tersebut dievakuasi dan dilakukan otopsi secara singkat, pihak kepolisian sempat menduga bahwa mereka meninggal karena kelaparan.
Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya makanan di dalam lambung mereka.
Namun demikian, semakin lama terkuak sejumlah dugaan terkait dengan seluk beluk keluarga tersebut.
Para korban ternyata dikenal sebagai keluarga yang berkecukupan, sehingga dugaan kelaparan dan tidak mampu memberi makanan terasa janggal.
Berkaitan dengan hal tersebut, muncul dugaan lain terkait keyakinan yang dianut oleh mereka.
Kriminologi Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menduga bahwa 4 anggota keluarga yang tewas tersebut memiliki keyakinan apokalitik.
"Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem," jelasnya dilansir dari kompas.com.
Dirinya menyebut bahwa tidak mungkin rasanya jika 4 anggota keluarga tersebut tewas karena kelaparan dan tidak punya uang untuk membeli makanan.
Diduga menjadi penyebab kematian 4 anggota keluarga di Kalideres, lantas apa sebenarnya apokaliptik?
Paham Apokaliptik
Apokaliptik pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani apocalyptien yang memiliki arti mengungkapkan sesuatu yang jauh.
Adapun dalam bahasa Indonesia, apokalips memiliki dua arti yaitu wahyu: penyingkapan dan kehancuram dunia pada akhir zaman.
Singkatnya, apokaliptik merupakan sifat yang menunjukkan perihal gambaran kehancuran dunia di masa depan.
Sebuah buku berjudul Penyingkapan Illahi: Pengantar ke dalam Apokaliptik Yahudi yang ditulis oleh David Syme Russell ini mengungkap bahwa kata apokaliptik sebenarnya merupakan ungkapan dari gereja Kristen abad ke-2.
Kata tersebut digunakan untuk jenis sastra yang dipakai dalam surat Wahyu kepada Yohanes di Perjanjian Baru.
Dalam perkembangannya istilah tersebut kemudian diyakini sebagai apokaliptisisme.
Apokaliptisisme merupakan pandangan dan gerakan eskatologis (akhir zaman) yang berfokus pada Wahyu samar tentang campur tangan Tuhan yang tiba-tiba, dramatis, dan dahsyat dalam sejarah; penghakiman semua orang; keselamatan umat pilihan yang setia; dan pemerintahan terakhir orang-orang pilihan dengan Allah dalam langit dan bumi yang diperbarui.
Apocalytisisme kemudian muncul dalam Zoroastrianisme yang merupakan agama Iran didirikan oleh nabi Zoroaster pada abad ke-6 SM.
Apocalyptisisme ini dikembangkan lebih lengkap dalam spekulasi dan gerakan esktologis Yahudi, Kristen, dan Islam.
Persepsi mengenai kehancuran dunia memang diajarkan oleh keyakinan agama-agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, Islam).
Ketika agama tersebut meyakini bahwa kiamat akan datang dan sudah memiliki tanda-tanda tersendiri.
Meskipun demikian, ketika agama tersebut juga meyakini bahwa kepastian kiamat tersebut tidak diketahui kapan berlangsungnya.
Berbeda halnya dengan penganut apokaliptik, mereka meyakini bahwa suatu ramalan kehancuran dunia sudah ditentukan kapan akan terjadi.
Dosen prodi Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nurhadi juga menyebut bahwa paham ini merupakan keyakinan yang berakar dari agama-agama Abrahamik.
Orang-orang yang meyakini kepercayaan itu akan berperilaku apokalitisme, berkeyakinan bahwa hari akhir telah sangat dekat.
Paham ini berkaitan erat dengan keyakinan bahwa akan ada sebuah kehidupan baru yang mampu menghapus semua penderitaan.
Dan kehidupan baru tersebut akan segera datang dalam waktu dekat.
Tanda-tanda penganut apokaliptik
Orang-orang yang menganut paham apokaliptik biasanya bisa dilihat dari gejala sosial yang muncul di kehidupannya.
Berapa lambat laun akan mulai mengecilkan diri dari pergaulan sosial.
Mereka lantas membentuk ikatan-ikatan yang lebih kecil dan berbagi ide, keyakinan, serta harapan.
Biasanya ada sosok yang dijadikan sebagai role model yang diikuti semua kata-kata.
(*)