Tak Keluhkan Kondisi Ekonomi, Dugaan Kematian Satu Keluarga di Kalideres Masih Didalami, Kriminolog Sebut Soal 'Apokaliptik' Kehancuran Dunia, Apa itu?

Selasa, 15 November 2022 | 14:45
Kolase TribunJakarta.com/Ist

Petugas PMI dan kepolisian menyemprot disinfektan dan menabur kopi di beberapa sudut rumah tempat penemuan satu keluarga tewas di Kalideres, tepatnya di Perumahan Citra Garden I, Jakarta Barat disemprot cairan disinfektan pada Sabtu (12/11/2022) malam.

GridHype.ID - Kematian keluarga ditemukan tewas di rumah kawasan Kalideres, Jakarta Barat.

Kejadian ini membuat syok publik pasalnya kematian keluarga ini disebabkan kelaparan dan dehidrasi.

Tinggal di kota besar dan diduga mengalami kelaparan tentu mendapat sorotan banyak pihak.

Namun, yang menjadi tanda tanya besar, keluarga tersebut sama sekali tidak mengeluhkan soal kondisi ekonomi.

Sebagaimana diberitakan Kompas.com, Minggu (13/11/2022), anggota keluarga mengaku bahwa korban belum pernah meminta bantuan makanan atau uang untuk membeli makan.

Hal itu diceritakan Ris Astuti (64), adik kandung salah satu dari empat korban yang ditemukan tewas, Margaretha Gunawan (68).

Sebaliknya, korban disebutnya sebagai sosok yang suka mengasihi.

"Sebelumnya enggak pernah minta. Malah dulu suka ngasih dia. Waktu di Gunung Sahari (20 tahun lalu) itu suka ngasih dia. Baik itu makanan, baju-baju, kalau kita ultah dikirimin paket," ujar Ris.

Masih dikatakan Ris, tidak terdapat keluhan ihwal kondisi perekonomian keluarga Margaretha dan suaminya, Rudyanto.Baca Juga: Fakta Mulai Terungkap, Kerabat Keluarga Tewas di Kalideres Beberkan Hal Ini, Sangsi Kelaparan Jadi Penyebab Kematian

Bahkan, dulunya kondisi perekonomian keluarga tersebut dapat dibilang berkecukupan.

"(Keadaan ekonominya) biasa-biasa saja, cukup. Enggak ada keluhan dan sebagainya. Ya, istilahnya standarlah, umum," kata Ris. Suami Ris, Handoyo (64) juga mengatakan hal yang sama.

Baca Juga: Satu Keluarga Meninggal Dunia Diduga Kelaparan dan Dehidrasi, Terungkap Korban Tak Tewas Bersamaan dan Tak Ditemui Tanda Kekerasan

Dikatakannya bahwa keluarga Margaretha dan suami pernah memiliki penghasilan yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil otopsi, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh keempat korban.

Soal dugaan korban tewas karena kelaparan, pihak kepolisian pun belum bisa menyimpulkannya.

Pihak penyidik masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang diperkirakan baru akan keluar dalam waktu satu pekan.

Sementara itu, melansir dari Kompas TV, Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menduga kematian satu keluarga yang beranggotakan empat orang tersebut disebabkan oleh apokaliptik.

"Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem," ujar Adrianus, Sabtu (12/11/2022) dikutip dari TribunJatim.com.

Seperti diketahui sebelumnya, keempat mayat ditemukan oleh petugas PLN yang tengah melakukan pengecekan di rumah tersebut.

Janggalnya, setelah dievakuasi dan diotopsi secara singkat, pihak kepolisian menduga para korban meninggal karena kelaparan.

Padahal, keluarga tersebut terbilang berkecukupan, terlebih Perumahan CItra Garden 1 dikenal sebagai pemukiman orang-orang berduit.

Lain itu, polisi tidak menemukan bahan makanan maupun air minum di rumah tersebut.

Menurut Ketua RT 7, RW 15, Asiung, kapur barus tersebut ditempatkan di sebuah mangkuk di atas meja makan, dan di sebelahnya ada lilin merah serta bedak.

Namun, Adrianus juga masih ragu, karena itu masih butuh penyelidikan lebih jauh.

Baca Juga: Fakta Mulai Terungkap, Kerabat Keluarga Tewas di Kalideres Beberkan Hal Ini, Sangsi Kelaparan Jadi Penyebab Kematian

“Saya bayangkan bunuh diri dengan melaparkan diri, tetapi saya tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu,” sambung Adrianus.

“Tentu ada motif ya kenapa seperti itu, harus menunggu hasil autopsi yang akurat,” ucapnya.

Lalu, apa itu apokaliptik?

Arti Apokaliptik

Apokaliptik berasal dari bahasa Yunani 'apokalyptien' yang memiliki arti mengungkapkan sesuatu yang jauh. Kata tersebut diserap ke bahasa Inggris menjadi apocalypse atau di bahasa Indonesia apokalips.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBi), apokalips memiliki dua arti. Pertama, wahyu; penyingkapan. Kedua adalah kehancuran dunia pada akhir zaman.

Hematnya, apokaliptik adalah sifat yang menunjukkan perihal gambaran kehancuran dunia di masa depan.

Sementara itu, menurut David Syme Russell dalam bukunya Penyingkapan Ilahi: Pengantar ke dalam Apokaliptik Yahudi, kata apokaliptik, sebenarnya merupakan ungkapan dari gereja Kristen abad ke-2 untuk jenis sastra yang dipakai dalam surat Wahyu kepada Yohanes di Perjanjian Baru.

Paham Apokaliptik

Persepsi soal kehancuran dunia memang diajarkan oleh keyakinan agama-agama abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam).

Ketiga agama tersebut meyakini kiamat akan datang dan sudah memiliki tanda-tanda tersendiri.

Namun, ketiga agama abrahamik tersebut meyakini kepastian kiamat tidak ada yang mengetahui kapan terjadiniya.

Sementara penganut paham apokaliptik kembanyakan meyakini suatu ramalan bahwa kehancuran dunia sudah ditentukan kapan akan terjadi.

Pada tahun 2012 silam, dunia sempat dihebohkan dengan isu kiamat. Dalam kalender suku Maya, dunia memang akan berakhir pada 2012.

Kejadian bunuh diri terkait paham apokaliptik, yang cukup menghebohkan terjadi di Amerika Serikat pada 1997.

Kelompok sekte apokaliptik bernama Heaven's Gate yang dipimpin oleh Marshall Applewhite, menggerakkan bunuh diri massal terbesar dalam sejarah AS. 39 orang tewas dalam proses bunuh diri di sebuah rumah dalam waktu tiga hari.

Baca Juga: Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Para Korban Diduga Menganut Paham Apokalptik, Apa Itu?

(*)

Tag

Editor : Nabila Nurul Chasanati

Sumber Kompas.com, KompasTV