Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

EKSTREM! Inilah Pengobatan Zaman Dulu yang Nggak Masuk Akal, Pakai Obat Kanibal Sampai Melubangi Tengkorak

Dwi Purworahayu - Rabu, 09 November 2022 | 08:30
Ilustrasi ruang operasi
Pixabay

Ilustrasi ruang operasi

GridHype.ID - Sebelum ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, orang-orang zaman dulu menggunakan pengobatan tradisional.

Namun, pengobatan tradisional yang dilakukan sejumlah ahli medis di zaman dulu twrbilang cukup ekstrem.

Pasalnya, cara-cara dalam pengobatan tradisional yang dilakukan cenderung tidak masuk akal, bahkan bisa membahayakan nyawa pasien.

Padahal dalam dunia kedokteran, seperti dikutip dari Kompas.com, ada ungkapan dalam bahasa Latin yang berbunyi "Primum non nocere" atau "First, do no harm".

Frasa yang berasal dari tulisan Hippocrates dalam Epidemics (400 SM) ini mengharuskan dokter untuk senantiasa mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul dari suatu tindakan.

Artinya, seperti dilansir Antara, saat melakukan pelayanan medis, mereka harus memikirkan kemungkinan kerugian atas tindakan yang dilakukan.

Kendati demikian, ilmu kedokteran yang masih belum semaju saat ini, ditambah minimnya teknologi pendukung praktik medis, membuat pengobatan di masa lalu terkesan ekstrem.

Berikut beberapa pengobatan tidak masuk akal yang pernah dipraktikan, seperti dilansir History dan Mental Floss:

1. Menumpahkan darah atau bloodletting

Selama ribuan tahun, para praktisi medis berpegang teguh pada keyakinan bahwa penyakit disebabkan karena terlalu banyak "darah buruk".

Inilah yang membuat praktik "pertumpahan darah" ramai dilakukan untuk mengobati berbagai penyakit.

Baca Juga: Juragan 99 Minta Maaf atas Tragedi Kanjuruhan, Janji Bantu Biaya Pengobatan Para Korban

Praktik menumpahkan darah kemungkinan dimulai oleh bangsa Sumeria dan Mesir Kuno. Namun, praktik ini baru menjadi umum saat zaman Yunani dan Romawi Kuno.

Masa itu, dokter berpengaruh seperti Hippocrates dan Galen mempercayai bahwa tubuh manusia dipenuhi dengan empat zat dasar yakni empedu kuning, empedu hitam, dahak, dan darah. Keempatnya ini harus dijaga keseimbangannya agar tubuh tetap sehat.

Dengan pemikiran ini, pasien demam atau menderita penyakit lain sering didiagnosis dengan kelebihan darah.

Untuk mengembalikan keharmonisan tubuh, dokter hanya akan memotong pembuluh darah dan membiarkan cairan merah ini mengalir keluar.

Bahkan di beberapa kasus, lintah sering digunakan untuk menyedot darah langsung dari kulit.

Praktik ini tetap bertahan sampai abad ke-19 dan musnah karena ada penelitian baru yang menunjukkan lebih banyak dampak negatif daripada kebaikan.

2. Trepanasi atau melubangi tengkorak

Trepanasi atau praktik melubangi tengkorak adalah bentuk operasi tertua umat manusia, dimulai sekitar 7.000 tahun lalu.

Hampir seluruh peradaban di dunia pernah mempraktikkan trepanasi untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Sebuah teori umum menyatakan, trepanasi kemungkinan semacam ritual suku atau metode untuk melepaskan roh jahat dari tubuh seseorang.

Pendapat lain, mengatakan bahwa operasi ini merupakan upaya konvensional untuk mengobati epilepsi, sakit kepala, abses, dan pembekuan darah.

Baca Juga: Setelah Dibongkar Pesulap Merah, Kini Pengobatan Gus Samsudin Dibongkar Sosok Selebrgram ini, Syok dengan Uang yang Harus Dikeluarkan

Adapun menilik tengkorak bekas trepanasi di Peru, mengisyaratkan kemungkinan ada perawatan darurat umum untuk membersihkan pecahan tengkorak.

Selain itu, bukti tersebut menunjukkan bahwa pasien selamat dari operasi trepanasi.

3. Menggunakan merkuri

Merkuri atau raksa terkenal karena sifat racunnya. Namun, bahan kimia ini pernah digunakan sebagai obat mujarab untuk berbagai penyakit.

Orang Persia dan Yunani Kuno menganggap merkuri sebagai salep berguna. Sementara para alkemis China abad kedua, menganggap merkuri cair sebagai peningkat umur dan vitalitas.

Beberapa penyembuh zaman dulu bahkan menjanjikan satu terapi, bahwa konsumsi minuman berbahaya yang mengandung merkuri, belerang, dan arsenik, membuat pasien memperoleh hidup kekal dan kemampuan untuk berjalan di atas air.

Sementara itu, salah satu korban paling terkenal dari praktik ini adalah Kaisar China Qin Shi Huang, yang diduga meninggal setelah menelan pil merkuri dengan iming-iming hidup abadi.

4. Obat dari kotoran

Mesir Kuno merupakan peradaban dengan sistem medis yang terorganisir baik, lengkap dengan dokter spesialisasi penyakit tertentu.

Kendati demikian, obat yang mereka resepkan terdengar tidak masuk akal. Misalnya, darah kadal, tikus mati, lumpur, atau roti berjamur yang kerap digunakan sebagai salep.

Bahkan, para wanita terkadang diberi air liur kuda untuk mengobati gangguan libido.

Baca Juga: Berkaca dari Ruben Onsu, WASPADA Gejala Sepele Bisa Jadi Tanda Tubuh Idap Empty Sella Syndrome, Kapan Harus Datangi Dokter?

Paling menjijikkan, yakni para tabib Mesir Kuno yang menggunakan kotoran manusia dan hewan sebagai obat penyembuh dari segala penyakit.

Menurut Papyrus Ebers, "kitab" pengetahuan herbal Mesir Kuno pada 1500 SM, kotoran keledai, anjing, rusa, dan lalat, semuanya memiliki khasiat penyembuhan dan kemampuan mengusir roh jahat.

5. Obat kanibal

Sakit kepala, kram otot, dan maag adalah penyakit purba yang sudah ada sejak zaman dulu. Dan dokter zaman kuno, terus-menerus menjajal obat-obatan yang bisa digunakan meredakan gangguan penyakit tersebut.

Celakanya, obat mujarab tersebut terdiri dari daging, darah, atau tulang manusia. Praktik kanibal yang bernama corpse medicine ini pun menjadi praktik umum selama ratusan tahun.

Seperti bangsa Romawi yang percaya bahwa darah gladiator atau ahli pedang dapat digunakan menyembuhkan epilepsi.

Atau di Inggris pada abad ke-17, di mana Raja Charles II dikenal menikmati King's Drop, minuman yang terbuat dari tengkorak manusia dan alkohol.

Baca Juga: Nggak Cuma Jadi Lalapan, Kemangi dengan Rasa dan Aroma Khas Ternyata Ampuh Bikin Tubuh Bebas dari Penyakit Mengerikan

(*)

Source :Kompas.com

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x