Kehilangan anaknya dengan cara tidak wajar, Rosti kaget mendengar anaknya meninggal di tangan kawan ajudannya.
“Saya sangat rasakan, dengan mata terbuka, anak saya dicabut nyawanya. Nyawa itu adalah hak Tuhan, dicabut manusia,” sebutnya.
Duka mendalam yang dialami olehnya bahkan menyebabkan ia harus berjuang melawan kesedihan siang dan malam.
“Saya menangis, histeris setiap hari, siang dan malam,” ujar Rosti berlinang air mata.
Dalam persidangan tersebut, Rosti memohon agarBharada Edapat berkata jujur tanpa menutupi apapun.
Baca Juga: Sidang Lanjutan Bharada E, JPU Bakal Hadirkan 12 Orang Saksi, Termasuk Keluarga Brigadir J
(*)