Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Covid-19 Subvarian Omicron XBB Sudah Masuk Indonesia, Begini Gejala dari Kasus Pertamanya

Dwi Purworahayu - Minggu, 23 Oktober 2022 | 09:00
Ditemukan subvarian baru COVID-19 di Singapura yang disebut Omicron XBB.
freepik.com

Ditemukan subvarian baru COVID-19 di Singapura yang disebut Omicron XBB.

GridHype.ID - Perketat protokol kesehatan, subvarian Omicron XBB diketahui telah terdeteksi masuk ke Indonesia.

Seperti diketahui, subvarian Omicron XBB yang membuat kasus Covid-19 di Singapura kembali tinggi tengah menjadi perhatian dunia.

Bahkan WHO telah mengumumkan subvarian Omicron XBB telah teridentifikasi di 26 negara, termasuk Indonesia.

Kasus pertama Omicron XBB di Indonesia

Mengutip Kompas.com dari Kemenkes, kasus pertama subvarian XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal.

Kasus ini terdeteksi pada seorang perempuan, berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan M Syahril mengatakan gejalanya yaitu batuk, pilek, dan demam.

"Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober," kata Syahril.

Dengan adanya temuan tersebut, Kemenkes melakukan upaya antisipatif berupa testing dan tracing terhadap 10 kontak erat.

Hasilnya, 10 kontak erat tersebut dinyatakan negatif Covid-19 subvarian XBB.

Tidak separah varian Omicron

Baca Juga: Bak Jatuh Tertimpa Tangga, Pria Asal Italia Ini Bernasib Pilu Usai Positif Idap Cacar Monyet, Covid-19, dan HIV Secara Bersamaan, Ini Gejala Awalnya

Syahril mengatakan, meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron.

Kendati demikian negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi Covid-19. Sebab berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.

Syahril meminta masyarakat mengedepankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai masker, dan melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala Covid-19.

Selain itu menyegerakan vaksinasi Covid-19 untuk meningkatkan proteksi terhadap Covid-19.

Apa itu Omicron XBB?

Dilansir dari India Today, Covid-19 subvarian omicron XBB adalah hibrida dari subvarian BA.2.75 dan BJ.1 Omicron.

XBB ditemukan pertama kali di Singapura pada bulan Agustus. Selain Singapura, virus ini juga telah terdeteksi di negara-negara seperti Australia, Bangladesh, Denmark, India, dan Jepang.

Diyakini bahwa varian XBB memiliki "keunggulan pertumbuhan" dibandingkan BA.2.75 dan sifat menghindari kekebalan.

Ya, pengamatan dari negara-negara dengan sub-varian XBB menunjukkan menular seperti varian saat ini, tetapi tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Namun, Kementerian Kesehatan (MOH) Singapura mengatakan bahwa ada bukti bahwa XBB mungkin mendorong peningkatan infeksi ulang.

Pasalnya, sekitar 17 persen dari total kasus bulan lalu adalah kasus infeksi ulang.

Baca Juga: Cacar Monyet Terdeteksi di Indonesia Bikin Masyarakat Panik, Benarkah Harus Isolasi Mandiri Layaknya Pasien Covid-19?

"Mengingat bahwa kekebalan dari infeksi alami dalam populasi kemungkinan akan berkurang seiring waktu," kata MOH dalam rilisnya.

"Ini menggarisbawahi pentingnya memastikan perlindungan minimum dari vaksinasi dan menjaga vaksinasi kami tetap mutakhir untuk melindungi kami dari infeksi parah," sambungnya.

Gejala Omicron XBB

Sejauh ini, sebagian besar pasien di Singapura terus melaporkan gejala ringan, seperti sakit tenggorokan atau demam ringan, terutama jika mereka telah divaksinasi.

Skema vaksinasi sebelumnya baik tiga suntikan mRNA lengkap atau empat dosis Sinovac masih sangat efektif mencegah penyakit parah.

Namun, varian ini berisiko bagi mereka yang tidak divaksinasi.

Kementerian Kesehatan Singapura sendiri melaporkan, rata-rata pergerakan tujuh hari kasus Covid-19 lokal naik dari 4.714 menjadi 7.716 selama seminggu terakhir.

Peningkatan kasus rawat inap ini sebanding dengan peningkatan kasus lokal secara keseluruhan.

"Menggunakan gelombang BA.5 sebagai indikasi, kasus rawat inap kemudian memuncak pada 800 pada Juli dan rumah sakit kami mampu mengatasi jumlahnya," jelas mereka.

Baca Juga: Tak Bisa Leha-leha! Kira-kira Berapa Kali Seseorang yang Terinfeksi Virus Covid-19 Terjangkit Lagi? Begini Penjelasannya

(*)

Source :Kompas.com

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x