Berkaitan dengan tragedi tersebut, Arief Catur berharap agar tidak ada lagi hal yang sama di masa mendatang.
"Semoga ke depannya tidak terulang lagi hal yang sama. Jadikan ini yang terakhir, karena nyawa dan kemanusiaan di atas segalanya," ujar Arief.
Tragedi Kanjuruhanyang menewaskan lebih dari 150 orang ini diduga terjadi akibat tembakan gas air mata.
Dilansir dariTribunnews.com,kericuhan berawal dari beberapa penonton yang memaksa turun ke lapangan dengan melompati pagar pembatas.
Mereka diduga berusaha mengerubuti pemain Arema FC, sehingga petugas berusaha untuk mengalaunya.
Siapa sangka, jumlah penonton yang turun ke lapangan justru semakin banyak dan mencapai ribuan.
Adapun penggunaan gas air mata dilakukan untuk mengalihkan penonton agar tidak masuk ke dalam lapangan.
“Oleh karena itu, pengamanan dan pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan atau mengejar para pemain,”jelas Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.
Namun sayangnya, tembakan gas air mata tersebut justru menyebabkan penumpukan penonton di pintu keluar.
"Akhirnya setelah terkena gas air mata, mereka pergi ke satu titik di pintu keluar pintu 10 dan 12. Terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen yang oleh tim medis dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion. Kemudian dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," ujar Kapolda.