Ayah Parwana pun telah menjual Parwana yang berumur 12 tahun beberapa bulan yang lalu.
Menyedihkannya, Parwana hanyalah satu dari sekian banyak gadis-gadis belia Afghanistan yang dijual untuk menikah dini saat krisis kemanusiaan semakin memburuk.
Kelaparan telah mendorong beberapa keluarga membuat keputusan mengerikan, terutama saat musim dingin mendekat.
Melansir wawancara eksklusif CNN Internasional kepada para gadis-gadis tersebut, dikatakan jika "Setiap harinya, angka keluarga yang menjual anak-anak gadisnya semakin meningkat," oleh Mohammad Naiem Nazem, aktivis HAM di Badghis.
"Kekurangan makanan, kekurangan pekerjaan, keluarga merasa mereka perlu melakukan ini."
Pilihan yang tidak mungkin
Abdul Malik, ayah Parwana, tidak bisa tidur di malam hari.
Terlepas darinya menjual anaknya, ia mengatakan ia diliputi rasa bersalah, malu dan khawatir.
Ia telah mencoba menghindari menjual Parwana dengan pergi ke ibukota provinsi Qala-e-Naw untuk mencari pekerjaan, tapi tidak berhasil.
Ia bahkan meminjam "uang yang banyak" dari kerabat-kerabatnya, dan istrinya meminta-minta makanan dari pengungsi lain.
Namun ia merasa ia tidak punya pilihan jika ia ingin memberi makan keluarganya.