GridHype.ID - Belakangan ini, media sosial tengah dihebohkan dengan kisah viral orang tua yang dititipkan di panti jompo oleh anak-anaknya.
Seperti yang dilansir dari Tribunnews.com, seorang lansia bernama Trimah (69) dititipkan oleh ketiga anaknya di panti jompo Griya Lansia Husnul Khatimah Malang, Jawa Timur.
Kisah tersebut menjadi viral lantaran banyaknetizen yang bersimpati dengan sosok Trimah yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah ini.
Seiring viralnya kisah ini, spekulasi Trimah dibuang oleh ketiga anaknya karena sibuk dengan pekerjaan pun bermunculan.
Menanggapi hal tersebut, anak kedua Trimah bernama Deny Adibyo pun mengklarifikasi.
"Kami memang bersepakat bertiga dengan keluarga adik Ibu Trimah pun menyetujui untuk Ibu Trimah dirawat disana untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik."
"Untuk alasannya karena memang kami tidak mempunyai tempat tinggal yang tepat. Kedua untuk biaya, perekonomian kami lagi sulit," kata Deny, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Selasa (2/11/2021).
Deny bercerita telahmencari tempat penitipan yang dekat dari tempat tinggalnya dan hanya panti jompo di Malang yang bersedia menerima kondisi Trimah.
Deny juga menjelaskan, ia dan kedua saudaranya tidak bermaksud untuk membuang Trimah, tetapi hanya menitipkan dan akan menjemput Trimah jika keadaan perekonomiannya sudah membaik.
Namun di sisi lain, Trimah mengaku sedih dan ditelantarkan sekaligus pasrah dengan nasibnya.
Belajar dari kasus ini, siapa yang seharusnya memutuskan apakah orangtua bisa dititipkan di panti jompo?
Mengutip Kompas.com, orangtua berhak bersedia maupun menolak tinggal di panti jompo.
Psikolog keluarga, Lucia Peppy Novianti, M.Psi, mengatakan fenomena untuk menitipkan orangtua ke panti jompo adalah dampak dari kesadaran soal isu kesehatan mental.
Hal ini memang masih mendapatkan kontradiksi dari segi kebiasaan maupun budaya yang berkembang di Indonesia.
Namun, ada beberapa orang yang menyadari jika merawat orangtua itu sangat menantang, dengan tingkat kesibukan dan model kehidupan sekarang.
"Fenomena itu secara sadar membuat planning untuk memilih di mana orangtua akan tinggal, semakin usianya lanjut maka akan menjadi tergantung hingga berpikir supaya terjaga dan dimudahkan," jelasnya.
Menurutnya, kebanyakan anak yang menempatkan orangtuanya di panti jompo dilatarbelakangi kesadaran akan kemampuan dan tanggung jawabnya soal merawat lansia yang tidak mudah.
Meski demikian, ia mengatakan anak bukanlah pihak yang boleh menentukan hal tersebut.
Orangtua adalah pihak yang menjadi pembuat keputusan sekaligus pertimbangan utamanya.
Lucia menjelaskan, ada orangtua yang merasa butuh komunitas sehingga hidup di panti wredha bisa menjadi jalan keluar.
Namun ada juga yang ingin berkumpul dengan anak dan cucunya sehingga lebih suka tinggal di rumah.
"Kalau memang orangtua akan ditaruh di panti atas keinginan orangtua, bukan bersumber dari keinginan si anak, yang terpenting itu" tambahnya.
Lantas, apakah orang tua yang tinggal di panti jompo lebih bahagia?
Baca Juga: Penampakan Sungai Merah Bak Darah Manusia di Klaten Bikin Heboh Netizen, Ini 3 Fakta Mengejutkan
Orang tua yang menghabiskan masa senja di panti jompo memang bukan hal yang umumterjadi di Indonesia.
Masih banyak stigma jika mereka adalah orangtua yang ditelantarkan oleh anaknya untuk hidup dalam pengasingan.
Berbeda dengan praktik di sejumlah negara barat yang menjadikan panti jomposebagai pilihan untuk hidup tenang dan nyaman di masa tua.
Feriawan Agung Nugroho, pekerja sosial di Yogyakarta yang sembilan tahun bertugas di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Unit Abiyoso Pakem, Sleman menilai wajar apabila terjadi pro kontra karena hal tersebut.
Sebab, masyarakat masih terikat nilai agama, ketimuran dan etika masyarakat umum yang menganggap mempercayakan orang tua ke panti jompo adalah suatu hal yang salah.
"Lebih dalam lagi, banyak masyarakat yang tidak tahu atau tidak paham kebutuhan orang yang sudah lanjut usia. Bagaimana pemantauan kesehatan, penciptaan lingkungan yang kondusif, pemenuhan kebutuhan sosialnya, dll," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (02/11/2021).
Tak bisa dipungkiri, Feriawan mengaku memang ada sebagian kecil lansia yang tidak berkenan tinggal di panti jompo.
"Tetapi sependek yang saya tahu, justru lebih banyak yang lebih baik. Lebih senang," kata alumni Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini.
Pasalnya, para lansia ini kerapkali merasa kesepian meskipun tinggal serumah dengan keluarga. Mereka merasa tidak punya kegiatan dan tidak memiliki teman satu zaman sehingga tidak mendapatkan kenyamanan.
Selain itu, Feri juga mengatakan jika para lansia perlu untuk merasa sehat dengan diperiksa kesehatannya secara rutin. Dan semua kebutuhan itu bisa terpenuhi selama tinggal di panti jompo.
Dengan kegiatan yang rutin dan terprogram, para lansia bisa tetap mendapatkan beraktivitas fisik sekaligus bersosialisasi.
"Mereka juga bebas berekspresi. Menari, bernyanyi dll," jelas Feri merujuk pada agenda penghuni panti jompo.
Baca Juga: Kisah 2 Mural yang Ramai Jadi Sasaran Aparat, Jokowi Justru Minta Polisi untuk Tak Berlebihan
(*)