Follow Us

Mulai Sekarang Jangan Lagi Konsumsi Jengkol Berlebihan Jika Tak Mau Risiko Penyakit Mematikan ini Ancam Tubuhmu

Nabila Nurul Chasanati - Senin, 04 Oktober 2021 | 14:30
cara memasak jengkolagar tidak bau
Tribun Jabar - Tribunnews.com

cara memasak jengkolagar tidak bau

GridHype.ID - Apakah kamu salah satu penyuka masakan jengkol?

Jengkol merupakan makanan khas dengan bau dan rasanya.

Namun kandungan jengkol cukup banyak mengandung protein, kalsium, fosfor, zat besi.

Selain itu, jengkol juga mengandung banyak vitamin termasuk A, B1, B2, dan C.

Dilansir dari GridHealth.ID, Senyawa yang terdapat dalam jengkol inilah yang disebut bisa memberi manfaat pada tubuh termasuk menangkal radikal bebas dan membunuh sel kanker.

Tak heran jengkol menjadi salah satu makanan yang banyak digemari oleh masyarakat meskipun memiliki bau yang kurang sedap.

Tapi terlepas dari manfaatnya itu, tahukah ternyata jengkol juga bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan.

Dikutip dari Kompas.com, Menurut Ahmad Sulaeman, PhD., Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB University sekaligus Sekjen Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan, mengonsumsi jengkol berlebihan dapat menyebabkan jengkoulen.

Baca Juga: Bikin Melongo! Menyimpan Jengkol dengan Cara Ini Bisa Awet sampai Berbulan-bulan, Coba Sekarang

Jengkoulen atau jengkolan merupakan salah satu efek negatif makan jengkol terlalu banyak yang ditandai dengan sulit buang air kecil.

"Bisa dari urin (tandanya), kalau di Jawa Barat namanya jengkoulen. Kadang kalau parah bisa berdarah tetapi itu kan temporer juga," kata Sulaeman kepada Kompas.com, Rabu (15/9/2021).

Sulaeman menuturkan, efek jengkoulen disebabkan oleh kandungan asam oksalat atau asam jengkolat dalam jengkol.

Asam jengkolat merupakan jenis asam yang mengandung sulfur sehingga tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Bukan hanya jengkoulen, Sulaeman menuturkan, asam jengkolat juga bisa menyebabkan penyakit batu oksalat atau batu ginjal.

"Jadilah misalnya ada orang mengalami susah buang air kecil, urinnya berdarah karena terbentuk kristal kan, kristal bisa dari asam jengkolat itu terbentuk kristal, mungkin terbentuk batu oksalat dan sebagainya," jelas Sulaeman.

Tak berhenti sampai di sana, menurut dr Okki Ramadian SpPD, ahli penyakit dalam dari RS Mitra Keluarga, kristal yang menumpuk di saluran ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.

"Jadi, jengkol itu prinsipnya bagus. Dia masuk dalam golongan sayuran, dia juga anti radikal bebas," tutut Okki Ramadian dalam berita Kompas.com yang tayang pada Rabu (24/10/2018).

Baca Juga: Satu Indonesia Nyesel Kalau Nggak Tahu, Jengkol Punya Manfaat Luar Biasa yang Tak Terduga

"Namun konsumsi jengkol yang berlebihan bisa membuat gagal ginjal juga," tutur Okki.

Menurut Sulaeman, adanya beberapa efek negatif makan jengkol bukan berarti jengkol tidak boleh dikonsumsi.

Ia mengatakan bahwa jengkol dengan kandungan asam oksalatnya boleh dikomsumsi. Hanya saja, tidak boleh berlebihan.

Sayangnya, belum ada batas maksimum yang pasti untuk konsumsi jengkol, demi menghindari efek negatif tersebut.

"Toksivitas juga ada penelitiannya tetapi berapa jumlahnya itu belum ada batasan karena ada keragaman kan," tutur Sulaeman.

Sementara menurut Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD.,KGH, Bagian Ginjal dan Hipertensi, Departemen Penyakit Dalam, FKUI dalam berita Kompas.com yang tayang pada Sabtu (10/6/2017), batas maksimum jengkol bisa tergantung pada kondisi tubuh seseeorang.

Jika pH darah seseorang normal, asam jengkolat bisa dikatakan aman.

Namun, jika cenderung asam atau nilai pH kurang dari tujuh, asam jengkolat dapat membentuk kristal tidak larut.

Cara menghindari beragam efek negatif makan jengkol, Okki menyarankan sebaiknya perbanyak minum air putih dibandingkan dengan minuman lain.

"Tidak boleh minum yang mengandung diuretik atau yang bikin gampang buang air kecil, seperti teh, kopi dan soda. Jadi, harus air putih supaya bisa disekresikan dengan baik," ujar Okki.

Baca Juga: Pasti Nyesel Baru Tahu Sekarang, Siapa Sangka Air Cucian Beras Punya Segudang Manfaat Ini, Berani Coba?

(*)

Source : Kompas.com, Gridhealth

Editor : Hype

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular