GridHype.ID - Negara Inggris memang berbentuk kerajaan.
Kerajaan Inggris menjadi kerajaan tertua di dunia yang kini masih eksis.
Kerajaan Inggris berdiri sejak abad ke-9 dan masih bertahan hingga saat ini.
Dilansir dari Kompas.com, Ratu Inggris yang saat ini menduduki tahta, Ratu Elisabeth II, telah berkuasa sejak 1956.
Ia menjadi penguasa monarki terlama sepanjang sejarah, yaitu kurang lebih 68 tahun.
Sebelum menjadi Inggris Raya seperti saat ini, pulau di barat laut Eropa itu dikenal sebagai peradaban Anglo-Saxon.
Pada abad ke-5, suku Jermanik yang berasal dari daratan Eropa bermigrasi ke pulau Inggris dan menjadi peradaban Anglo-Saxon.
Di era Anglo-Saxon, ada 7 kerajaan utama berkuasa yang kemudian bersatu di bawah Wessex.
Telah berdiri selama berabad-abad, sampai saat ini kerajaan Inggris dipandang dengan pesonanya, termasuk kehidupan keluarga kerajaan dan kekayaannya.
Kabar yang berkaitan dengan anggota keluarga Kerajaan Inggris sering kali mencuri perhatian masyarakat dunia.
Berkali-kali peristiwa yang terjadi berkaitan dengan Kerajaan Inggris selalu menjadi sorotan dunia.
Sementara itu, gaya hidup anggota keluarga Kerajaan Inggris juga begitu menarik perhatian orang-orang.
Selain sosok para anggota keluarga kerajaan, jumlah kekayaan Kerajaan Inggris juga kerap jadi perbincangan.
Setiap anggota keluarga Kerajaan Inggris memiliki net worth atau jumlah kekayaan bersih yang berbeda-beda.
Dikutip dari Intisari Onlinedari laporan dari Forbes pada 2017, jumlah keseluruhan kekayaan kerajaan serta gabungan seluruh anggota keluarga kerajaan mencapai 88 miliar dollar AS atau Rp 1.266 triliun (kurs Rp 14.300).
Berdasarkan laporan Forbes 2017, jumlah keseluruhan kekayaan gabungan anggota keluarga Kerajaan Inggris mencapai US$88 miliar atau Rp 1.266 triliun.
Sementara itu melansir Business Insider, Ratu Elizabeth II pada tahun 2016 lalu memiliki kekayaan bersih milik pribadi sebesar 530 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,62 triliun.
Nah, yang menjadi penasaran adalah darimana kekayaan Kerajaan Inggris tersebut?
Melansir dari Kompas.com, Sebuah perusahaan konsultan bisnis Brand Finance pernah menghitung kekayaan keluarga Kerajaan Inggris.
Hasilnya, jumlah kekayaan Kerajaan Inggris bisa jauh melebihi angka 88 miliar dollar AS jika turut menghitung seluruh kekayaan dalam bentuk aset tak terlihat atau intangible asset.
Forbes juga melaporkan, meski kerajaan menerima pemasukan rutin dari pembayar pajak, namun Inggris itu juga menikmati keuntungan ekonomi secara tidak langsung dari keberadaan monarki di negaranya.
Kerajaan Inggris diperkirakan berkontribusi pada ekonomi Inggris sebesar hampir 2,4 miliar dollar AS per tahun, termasuk sebesar 720 juta dollar AS dari sektor pariwisata.
Selain itu, Sebagai informasi, situs-situs Kerajaan Inggris jadi salah satu penarik wisatawan asing datang ke Inggris seperti Istana Buckingham maupun kegiatan-kegiatan seremonial kerajaan.
Pada tahun 2019 lalu Fortune melaporkan bahwa Kerajaan Inggris menerima dana 63 juta dollar AS dari hibah dari negara atau sovereign grant.
Selain itu, kerajaan juga mendapatkan kucuran dana dari pembayar pajak sebesar 104 juta dollar AS untuk biaya pemeliharaan dan renovasi Istana Buckingham.
Jumlah sovereign grant tiap tahun cenderung mengalami peningkatan.
Bahkan seandainya ada hubungan kurang harmonis antara Perdana Menteri Inggris dengan Ratu Elizabeth sekalipun, dana hibah akan terus mengalir tanpa gangguan.
Sementara itu, seperti yang dilansir dari Intisari Online, di masa sekarang, kekayaan Kerajaan Inggris sendiri diketahui umumnya berasal dari pajak rakyat dan investasi.
Sumber pendapatan itu menjadikan Kerajaan Inggris terus bertahan.
Namun di masa lalu, pendapatan kerajaan ini ada yang berasal dari suatu hal yang kejam.
Berdasarkan tayangan EXPLAINED di Netflix musim ketiga episode Royalty, disebut bahwa sumber kekayaan awal Kerajaan Inggris adalah perdagangan manusia atau budak.
Pada tahun 1700-an saat Raja Wiliam III berkuasa, dia mengambil alih monopoli Perusahaan Kerajaan Afrika.
Kemudian, kerajaan Inggris menjadi investor utama perdagangan budak.
Bahkan, merupakan industri terbesar di dunia.
Kerajaan Inggris menculik orang-orang Afrika untuk kemudian dijual sebagai budak seantero Eropa dan Amerika.
Jumlah budak yang dijual oleh Kerajaan Inggris saat itu nyaris mencapai tiga juta orang.
Bisnis tidak manusiawi tersebut menjadikan banyak penguasa mendadak kaya. Kemudian, perdagangan budak berakhir tahun 1800an.
Meski begitu, hasil keuntungan dari bisnis itulah yang telah membuat banyak kerajaan dunia bertahan sampai abad berikutnya.
(*)