Mengutip GridHot.ID melalui Pos Kupang, Waimatan yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Lembata dilaporkan porak-poranda akibat bencana tersebut.
Tercatat, 19 rumah yang terkubur longsor dan sekarang masih ada 22 warga desa yang terkubur material banjir, batu besar, dan gelondongan kayu.
Kepala desa Waimatan Mus Sili Betekeneng mengisahkan detik-detik terakhir dia masih berkoordinasi dengan Sekdes Randius Rupa.
Dia mengisahkan, hujan lebat terjadi sejak Sabtu (3/4/2021) sore dan kepanikan mulai terjadi pada pukul 23.00 Wita. Hujan lebat terjadi hingga pagi hari.
Saat itu, Randius masih mengarahkan warga desa untuk mencari tempat aman agar menyelamatkan diri.
"Saya pikir gunung mau meletus. Waktu itu masih kontak dengan sekdes (Randius) untuk evakuasi warga ke tempat yang aman," kata Mus Betekeneng.
"Pak sek sempat koordinasi warga untuk selamatkan diri. Lampu padam, gemuruh besar, tapi tiba-tiba langsung stop. Saya dapat lontaran batu sekali. Saya kasi bangun ibu, saya bilang ini erupsi kita harus selamatkan diri," kenangnya.
Melalui komunikasi telepon, Randius sempat memberitahukan kalau daya ponselnya tidak bisa bertahan lama lagi.
Mus Sili Betekeneng tidak menyangka kalau itu adalah malam terakhir dia berkomunikasi dengan saudaranya itu.
Menurutnya, Randius terkubur bersama keluarganya saat banjir dan longsor menyapu kawasan tersebut dalam sekejap.