Pengangguran Tapi Makmur, Kisah WNI di Finlandia yang Hidup Hanya Bermodal Uang dari Pemerintah Setempat

Selasa, 06 April 2021 | 21:31
(DOK AJIMUFTI AZHARI)

Ajimufti Azhari (30) WNI asal Bogor yang sudah menetap di Finlandia selama 8 tahun.

GridHype.ID - Membawa mimpi untuk hidup sejahtera menjadi motivasi para imigran untuk berani berangkat ke Negeri Orang.

Berada di negeri orang tentu menyimpan kesulitan tersendiri bagi para imigran.

Warga negara Indonesia (WNI) di Finlandia menceritakan, di negara paling bahagia sedunia itu hampir tidak ada copet, begal, atau rampok, sehingga keamanannya terjamin.

Baca Juga: Pandemi Bikin Tingkat Stres Tinggi, Catat Cara Hidup Bahagia Ala Orang Finlandia

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Finlandia baru saja dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia selama empat tahun beruntun oleh World Happiness Report.

"Kami merasa nyaman dan aman di sini. Tidak takut ada copet, begal, atau rampok.

Bahkan bahaya di jalan pun hampir tidak ada," kata Evita Wishnuwardani Haapavaara (55) kepada Kompas.com, Jumat (26/3/2021).

"Kami merasa aman jalan-jalan gelap malam dekat hutan. Bahaya kejahatan narkoba juga sangat minim, atau dikatakan hampir tidak ada," lanjutnya.

Selain itu, faktor lain yang membuat Evita kerasan sampai 26 tahun lamanya di Finlandia adalah transportasi umum yang sangat bagus, bahkan sampai tidak ada kurir online.

"Belum ada jasa seperti itu (kurir online) di sini, karena mungkin bagusnya sistem public transportation, jadi ke mana-mana mudah, tidak perlu bermacet-macet."

Evita yang asal Jakarta dan kini bersuami pria Finlandia melanjutkan, infrastruktur umum di negara itu sangat menunjang kenyamanan dan keamanan.

Baca Juga: Nyaris Gulung Tikar karena Corona, Toko Roti Ini Mendadak Banjir Pesanan Gara-gara Bentuk Kuenya yang Unik

"Contohnya Helsinki Smart City, fasilitas-fasilitas pendidikan lain seperti perpustakaan gratis, kursus-kursus pelatihan yang gratis, kursus bahasa gratis, dll," ungkap wanita yang sekarang berdomisili di Espoo ini.

Namun, bagusnya fasilitas transportasi umum bukan berarti masyarakat boleh sewenang-wenang memanfaatkannya.

Ajimufti Azhari (30) WNI yang sudah menetap di Finlandia selama 8 tahun menerangkan, sopir bus tidak segan meninggalkan penumpangnya yang telat datang.

"Sopir bus di sini pun lihat kita lari menuju bus stop, kalau jauh ya bakal ditinggal, he-he," ujar pria asal Bogor ini kepada Kompas.com via pesan teks, Sabtu (27/3/2021).

Aji tinggal di Finlandia sejak kuliah, dan sekarang ia bekerja sebagai Innovation Manager di salah satu perusahaan energi terbarukan di sana.

Buah pajak rakyat

Finlandia membangun fasilitas publik jempolan dari uang pajak yang dibayar rutin rakyatnya.

Meski pajak di Finlandia terkenal sebagai salah satu yang tertinggi di Eropa, hal itu sepadan dengan fasilitas umum yang diperoleh warganya.

Baca Juga: Gitaris Rock Legendaris Eddie Van Halen Meninggal Dunia, Miliki Darah Indonesia Hingga Jadi Imigran dari Rangkasbitung ke Amerika

"Untuk meraih kemakmuran itu semua, kita masyarakat harus mau berusaha bekerja dan bersedia membayar pajak yang dibanding negara-negara lain ya cukup tinggi juga," ucap Evita yang bekerja sebagai konsultan BtoB dan pendiri LSM Nusantara.ry pada 2003.

"Namun, kami dengan senang membayar pajak, karena kita juga yang menikmatinya sampai hari tua."

Manfaat dari uang pajak pun turut dirasakan penganggur di Finlandia.

Desiree Luhulima (64) WNI yang sudah 23 tahun tinggal di Finlandia menyampaikan, penganggur mendapat tunjangan yang diambil dari uang pajak.

(INSTAGRAM @desireeluhulima)
(INSTAGRAM @desireeluhulima)

Desiree Luhulima (tengah) WNI asal Jakarta yang sudah menetap di Finlandia selama 23 tahun.

Besarnya tunjangan penganggur berkisar antara 650-800 euro (Rp 11 juta-Rp 13,65 juta) per bulan.

Namun, penganggur harus aktif belajar atau mencari pekerjaan dari uang itu, tidak boleh hanya berleha-leha.

"Kamu harus aktif mencari sekolah yang kamu mau atau melamar pekerjaan. Subsidi silanglah istilahnya," tutur Desiree yang bekerja sebagai guru bahasa Indonesia untuk anak-anak.

Baca Juga: Sempat Bernapas Lega karena Corona Mereda, Tiongkok Kembali Diserang Virus Baru dari Hewan Pengerat

Rawan depresi

Meski Finlandia negara paling bahagia di dunia, bukan berarti negara Skandinavia ini tanpa noda.

Masalah yang terus menerpa tiap tahun adalah depresi akibat musim dingin berkepanjangan.

"(Siang) hari terpendek di Helsinki itu sekitar 5-6 jam daylight, itu juga kadang mendung seharian," ungkap Aji seraya menambahkan bahwa musim panas matahari bisa bersinar sampai 19 jam.

Senada dengan Aji, Desiree pun menceritakan pengalaman serupa.

"Di sini yang membuat depresi adalah ketika winter (musim dingin) itu hampir tidak ada matahari.

Matahari kelihatan dari jam 10, terbenamnya jam 1 jam 2."

Baca Juga: Ramadhan Segera Tiba, Kemenkes Pastikan Program Vaksinasi Covid-19 akan Tetap Berjalan Meski Tengah Berpuasa

"Tapi, kalau summer (musim panas) enggak ada malamnya."

"Yang gelap itu mampu membuat depresi, mereka kadang-kadang minum, dan kalau minum anaknya terbengkalai, anaknya diambil oleh negara, dicarikan foster parents (orangtua asuh)."

Di Finlandia, negara berhak mengambil hak asuh anak jika orangtuanya dianggap lalai atau tidak layak mengasuh.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : KOMPAS.com

Baca Lainnya