Guru Besar UI ini melanjutkan, sifat N439K yang paling disorot adalah resistan terhadap antibodi alias kebal vaksin.
"Baik itu antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh kita," kata Zubairi.
Ia menuturkan, Amerika Serikat merupakan negara yang mencoba mengantisipasi N439K ini.
Mereka mengeluarkan EUA untuk dua jenis obat antibodi monoklonal dalam pengobatan Covid-19.
"Yang jadi soal, N439K ini tidak mempan diintervensi obat itu," terangnya.
Dijelaskan, N439K punya banyak cara mengubah domain imunodominan untuk menghindari kekebalan (tubuh manusia) sekaligus mempertahankan kemampuannya untuk menginfeksi orang.
Namun, yang jadi catatan epidemiolog, penyebaran N439K tidak secepat virus B.1.1.7 dan semoga ke depannya juga demikian.
"Pesan saya. Tetap jaga jarak, pakai masker dan hindari kerumunan, apalagi di dalam ruangan. Jangan bosan saling ingatkan. Pandemi belum usai," pungkas Zubairi.
Melansir dari Nova.ID, dengan adanya mutasi virus corona, para peneliti mengimbau agar pemerintah dan masyarakat untuk memperketat protokol kesehatan.
Masyarakat juga diminta untuk menghindari aktivitas di ruang tertutup ber-AC dalam durasi atau waktu yang lama karena ventilasi dalam ruangan tersebut sangat buruk.