GridHype.ID - Vaksinasi covid-19 kini tengah digalakkan di berbagai belahan dunia.
Biasanya, sasaran penerima vaksin diprioritaskan untuk orang-orang yang rentan terhadap virus corona (covid-19), seperti tenaga kesehatan.
Namun, orang dengan penyakit mental parah seperti skizofrenia dan gangguan depresi mayor juga memiliki risiko lebih tinggi tertular virus corona baru dan meninggal akibat COVID-19.
Melansir dari healthline.com, di sebagian besar negara, populasi berisiko ini tidak diprioritaskan untuk menerima vaksin COVID-19.
“Masyarakat perlu memprioritaskan kelompok berisiko, tetapi sangat menyedihkan melihat bahwa selama pandemi, kesehatan mental adalah renungan untuk banyak negara,” ujar Hilkka Kärkkäinen, presiden dari Aliansi Global Jaringan Advokasi Penyakit Mental-Eropa (GAMIAN-Eropa).
“Bukti ilmiah jelas bahwa COVID danlockdown yang diakibatkannya, menyebabkan kerugian yang signifikan bagi orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang parah, tetapi sangat sedikit negara yang menangani hal ini. Ini perlu diubah,” sambungnya.
Dalam sebuah studi baru, Kärkkäinen dan koleganya mengamati 20 negara Eropa untuk melihat bagaimana mereka memprioritaskan kelompok berisiko untuk vaksinasi COVID-19.
Baca Juga: Cuti Bersama 2021 Dibabat Pemerintah, Catat Daftar Lengkap Libur Nasional dan Cutber
Mereka menemukan bahwa hanya Denmark, Jerman, Belanda, dan Inggris yang mengakui penyakit mental parah sebagai kondisi medis berisiko tinggi yang memungkinkan orang untuk divaksinasi lebih awal.
Hasilnya dipublikasikan 17 Februari 2021 di jurnal Lancet PsychiatryTrusted Source.
Ini adalah statistik suram yang dicerminkan oleh Amerika Serikat.