Follow Us

Angka Kematian Akibat Bunuh Diri Meningkat Tajam di Masa Pandemi Corona, Pemerintah Jepang Kalang Kabut hingga Tunjuk Menteri Kesepian untuk Atasi Masalah Pelik Ini

Ruhil Yumna - Sabtu, 20 Februari 2021 | 16:00
Ilustrasi depresi
harvard health - Harvard University

Ilustrasi depresi

Ini dianggap sebagai penyakit kelas menengah karena hikikomori dari latar belakang seperti itu yang bisa mengandalkan dukungan keluarga mereka,” terang Jeff.

Hikikomori ini tercipta dari rasa malu yang mendalam karena keburukan yang mereka alami atau tidak mempunyai pekerjaan seperti orang normal, merasa tidak berharga dan tidak layak untuk kebahagiaan dan terkhianati oleh ekspektasi orangtuanya.

Tren tidak menikah

Kondisi sangat depresif di masyarakat Jepang menghadirkan masalah baru berupa penurunan jumlah penduduk.

Populasi penduduk Jepang berdasarkan Daftar Penduduk Dasar pada 1 Januari 2019 tercatat 124.763.464 jiwa atau menurun selama 10 tahun berturut-turut.

Jumlah penurunan sekitar 430.000 orang, tertinggi sejak survei Kementerian Dalam Negeri Jepang dimulai.

Ya, di Jepang jumlah penduduknya bukan hanya tidak mengalami lonjakan, tapi juga mengalami penurunan.

Baca Juga: Miliki Aturan Super Aneh, Beberapa di SMP Jepang Wajibkan Pakaian Dalam Putih hingga Sengaja Tarik Tali Bra Siswi untuk Periksa Warnanya

Belakangan, salah satu sumber masalah dari kondisi ini mulai terlihat: jumlah perjaka dan perawan di Jepang meningkat pesat.

Temuan yang didasarkan penelitian terbaru tentang pengalaman seksual pertama warga Jepang dianggap sebagai penjelasan terkait penurunan jumlah populasi masyarakat Jepang.

Hal ini mengakibatkan angka kelahiran bayi menurun yang diperparah dengan populasinya yang menua dengan cepat.

Di Jepang, lebih dari 20% populasinya berusia di atas 65 tahun. Sementara hanya ada 946.060 kelahiran pada tahun 2017.

Source : intisari, Kompas

Editor : Ruhil Yumna

Baca Lainnya

Latest