"Tes berlangsung tak sampai 10 detik. Jadi bisa ditoleransi," ujarnya.
Douyacai, seorang mahasiswa yang baru kembali dari Korea Selatan, telah menjalani swab anal di Beijing pada hari ke-14 karantina.
Dalam postingan di salah satu media sosial, Douyacai menyebut dirinya dites dua kali melalui lubang anus.
Baca Juga: Punya Segudang Khasiat Bagi Kesehatan, Ini 7 Manfaat Konsumsi Nanas
"Rasanya sangat malu. Tidak ada perasaan lain. Selamat menjalani," tulis Douyacai.
Winny, seorang mahasiswa yang kuliah di Australia, mengaku telah menjalanites usap dubur ini saat berada dalam karantina di kota Guangzhou.
Selain swab mulut, katanya, ia juga menjalani swab anal pada hari ke-12 karantina.
Disisi lain, Pakar penyakit menular di Australian National University (ANU) Dr Sanjaya Senanayake mengaku tidak yakin dengan apa yang ingin dicapai melalui tes usap dubur.
"Jelas, dari sudut pandang kepatuhan, pastilah orang lebih memilih swab hidung atau tenggorokan daripada swab anal," katanya kepada ABC.
Yang Zhanqiu dari Universitas Wuhan mengatakan, swab hidung dan tenggorokan masih merupakan tes paling efisien untuk Covid-19, mengingat virus ini tertular melalui saluran pernapasan bagian atas dibandingkan sistem pencernaan.
"Ada kasus-kasus tentang tes virus corona positif pada kotoran pasien, tapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang," kata Dr Yang kepada Global Times, media milik pemerintah China.