GridHype.ID- Selain mengoptimalkan protokol kesehatan, pemerintah juga mengupayakan hal lain untuk pencegahan virus corona.
Salah satunya dengan melakukan vaksin.
Beberapa negara seperti Inggris, Bahrain, AS, Kanada, Arab Saudi, Rusia, dan China telah mulai penyuntikan vaksin virus corona.
Kendati demikian, vaksin-vaksin yang digunakan merupakan jenis vaksin yang lolos Tahap 3 dengan pengujian keefektifan terbaik.
Baca Juga: Usai Jalani Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua, Raffi Ahmad Sarankan Lakukan Hal Ini Setelah Disuntik
Dua negara adidaya yang memproduksi vaksin secara besar-besaran yakni AS (Pfizer/BioNTech dan Moderna) dan China ( Sinovac dan Sinopharm).
Virus yang digunakan
Dilansir dari Kompas.com (11/12/2021), Pfizer/BioNTech menggunakan messenger RNA (mRNA) yakni materi genetik yang dibaca sel tubuh untuk membuat protein.
Sementara, vaksin Moderna juga sama-sama memakai teknologi terbaru berbasis versi sintetis molekul virus SARS-CoV-2 yang disebut mRNA.
Untuk vaksin Sinovac menggunakan teknologi inactivated virus atau virus yang tidak aktif lagi, di mana teknologi ini memungkinkan virus tidak aktif lagi.
Diketahui, vaksin Sinopharm memiliki tingkat keefektifan lebih rendah atau sektar 79,34 persen jika dibandingkan dengan vaksin lainnya.
Temperatur penyimpanan
Terkait temperatur penyimpanan, vaksin Pfizer/BioNTech menyediakan wadah khusus dengan es kering, sensor thermal, dan pelacak GPS untuk memastikan vaksin dapat diangkut pada suhu -70 derajat celsius agar tetap layak digunakan.
Untuk vaksin Moderna membutuhkan suhu penyimpanan seitar -20 derajat celsius, suhu yang mirip dengan freezer biasa, untuk dapat didistribusikan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Akan Kembali Divaksin Pagi ini, Disiarkan Langsung di YouTube Pukul 09.40 WIB
Sedangkan untuk vaksin Sinovac hanya membutuhkan penyimpanan dalam lemari es dengan standar suhu 2-8 derajat celsius dan dapat bertahan hingga 3 tahun lamanya.
Dibandingkan dengan vaksin lainnya, vaksin Sinopharm tidak memerlukan suhu beku untuk penyimpanan.
Jadi, transportasi dan distribusi vaksin ini menjadi lebih mudah, terutama di negara berkembang yang tidak memiliki kapasitas penyimpanan dingin.
Baca Juga: Segera Atasi Trypanophobia, Fobia Jarum Suntik agar Tak Takut Terima Vaksin Covid-19
Cara kerja vaksin
Vaksin Pfizer/BioNTech ketika disuntikan pada sel yang divaksinasi, maka protein akan diambil oleh sejenis sel kekebalan dan nantinya sel ini membantu melawan infeksi.
Kemudian, para ahli memaparkan bahwa vaksin Moderna memberi manfaat yang lebih besar daripada risikonya bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas.
Vaksin ini juga memiliki tingkat keefektifan sebesar 94 persen.
Sementara, vaksin Sinovac bekerja dengan cara memicu respons kekebalan tubuh dengan cepat.
Namun, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin ini di dalam tubuh tidak lebih banyak dari antibodi yang berhasil terbentuk pada orang yang telah putih dari Covid-19.
Sama seperti Sinovac, Sinopharm menggunakan virus yang tidak aktif, dan kemudian dibuat menjadi vaksin.
Baca Juga: Tak Hanya Nyeri, Inilah Beberapa Efek Samping Vaksin Covid-19 yang Mungkin Muncul
Harga vaksin per dosis
Untuk vaksin Pfizer/BioNTech disebut dibanderol dengan harga Rp 283.000 per dosis.
Dilansir dari Kompas.com, (7/12/2021), vaksin Moderna mengumumkan harga yang dibanderol sekitar Rp 526.000 per dosisnya.
Di China, vaksin Sinovac dipasarkan dengan harga sekitar Rp 421.000 per dosis.
Baca Juga: Hewan Peliharaan Perlu Disuntik Vaksin Covid-19, Begini Kata Para Ahli
Vaksin Sinopharm disebutkan menelan biaya sekitar Rp 2.038.765 untuk dua dosis vaksin.
Namun, tidak dijelaskan apakah perusahaan farmasi ini mengacu pada harga eceran atau grosir.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya....