Follow Us

Awan Ini Jadi Penyebab Berbagai Tragedi dari AirAsia, Adam Air, Garuda hingga Sriwijaya Air, Begini Penjelasan Kenapa Cumulonimbus Jadi 'Mimpi Buruk' Penerbangan

None - Senin, 11 Januari 2021 | 13:45
Awan Cumulonimbus di langit Samudra Pasifik
Instagram/@santiagoborja

Awan Cumulonimbus di langit Samudra Pasifik

Dari laporan, pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 itu dilaporkan jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).

Baca Juga: Bukan Cuma Raffi Ahmad, Dokter Tirta Akan Divaksin Tanggal 14 Januari 2021 Meski Tak Ada Undangan Resmi

Melansir Kompas.com, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tidak memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak.

Sebagai informasi, ELT merupakan alat penentu lokasi pesawat yang termasuk dalam nagian dari standar peralatan pada pesawat.

ELT bisa dinyalakan langsung oleh pilot atau bisa hidup apabila pesawat membentur benda keras.

"Kan mestinya ada pancaran emergency location transmitter atau ELT, itu tidak ada," kata Bagus seperti dikutip dari siaran Metro TV, Sabtu.

Bagus menjelaskan, Basarnas kemudian berkoordinasi dengan Australia seputar sinyal ELT dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

"Kita sudah koordinasi dengan Australia, Ausralia juga tidak menangkap (sinyal ELT). Jadi, kita hanya mendapatkan informasi dari AirNav dan radarnya Basarnas sendiri pada menit berapa dia (pesawat Sriwijaya Air) hilang dari radar," ungkap Bagus.

Sedangkan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai wajar pesawat B737-500 milik Sriwijaya Air tak pancarkan ELT ketika hilang kontak.

Baca Juga: Blak-blakan, Nikita Mirzani Ungkap Pernah Terpapar Covid-19

Sebab, pesawat tersebut diduga membentur benda keras dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Dugaan ini berdasarkan temuan serpihan pesawat di lokasi kejadian.

Source : Tribun Style

Editor : Ruhil Yumna

Baca Lainnya

Latest