Semakin tingginya angka infeksi Covid-19, sejumlah negara juga kembali memberlakukan lockdown setelah mencatat rekor penambahan jumlah kasus.
Kendati berbagai strategi dan kebijakan telah dilakukan, sejumlah ilmuwan dan pakar kesehatan menilai hal itu masih terlalu terbatas untuk menghentikan laju infeksi yang disebabkan virus corona baru, SARS-CoV-2.
"Semua intervensi kita berfokus pada memotong jalur penularan virus untuk mengendalikan penyebaran patogen," kata Richard Horton, pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet dikutip BBC, Kamis (12/11/2020).
Baca Juga: Peneliti Sebut Penemuan Gen Misterius dalam Virus Covid-19 Bisa Percepat Penghentian Covid-19
Melihat kondisi Covid-19 saat ini, Horton menilai semestinya bukan dianggap sebagai pandemi, melainkan sebagai "sindemi".
Lantas, apa itu sindemi dan bagaimana seharusnya penanganan Covid-19 dilakukan?
Sindemi adalah akronim yang berasal dari kata sinergi dan pandemi.
Artinya, penyakit seperti Covid-19 tidak boleh berdiri sendiri.
Di satu sisi ada virus SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab Covid-19 dan disi lain ada serangkaian penyakit yang sudah diidap oleh seseorang.
Kedua elemen ini saling berinteraksi dalam konteks ketimpangan sosial yang mendalam.
Mengingat pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada awal tahun 2020, mengatakan dampak pandemi Covid-19 dialami secara tidak proporsional pada kelompok masyarakat paling rentan.