Padahal pasien itu telah menjalani isolasi selama 30 hari.
Sisa virus dan reinfeksi
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, hasil tes PCR yang semula negatif kemudian selang beberapa waktu kemudian menjadi positif, bisa disebabkan oleh sisa-sisa virus dalam tubuh yang masih terdeteksi saat dilakukan tes.
"Tes PCR bukan mendeteksi virus secara spesifik, tapi bagian-bagian dari virus itu, partikel-partikelnya. Dalam literatur, ada yang bertahan sampai dua bulan, walaupun jarang," kata Dickyseperti dilansir dari Kompas.com, Sabtu (10/10/2020).
Baca Juga: Dua Personel JKT48 Positif Covid-19, Manajemen Jelaskan Kronologi dan Kondisi Terkini dari Keduanya
Dicky mengatakan, hasil positif tes PCR yang dilakukan setelah sebelumnya pasien dinyatakan sembuh, tidak serta merta menunjukan bahwa pasien itu masih terinfeksi.
"Memang secara riset sejauh ini, kekebalan yang didapat itu bertahan dua sampai tiga bulan. Sementara, kasus reinfeksi tercepat terjadi di bulan keempat atau kelima. Artinya, kalau reinfeksi dia sakit lagi," kata Dicky.
Dicky menyebut bahwa strain virus corona baru SARS-CoV-2 di Indonesia sudah lengkap. Sehingga, potensi reinfeksi juga bisa terjadi.
Namun, Dicky mengatakan bahwa reinfeksi diakui terjadi hanya jika terjadi setelah dua bulan sebelumnya dinyatakan negatif.
"Saran saya, sebagai dokter, untuk memastikan dugaan ke arah infeksi, bisa dilihat dari tampilan klinisnya. Demam, batuk, sesak napas, patut kita curigai ada suatu yang mengarah, entah Covid-19 atau bukan, yang jelas harus diperiksa lebih lanjut," kata Dicky.
Baca Juga: Studi Baru di China Menyebutkan Jika ASI Bisa Membantu Mencegah dan Menyembuhkan Pasien Covid-19
Efisiensi tes PCR