Sebab, menurut Tan, asam lambung justru memproteksi, mematikan mikroorganisme yang merugikan, dan memecah protein dari makanan.
Tan menjelaskan, asam basa tubuh manusia bukan ditentukan dari apa yang dimakan.
Namun, ditentukan oleh mekanisme buffer senyawa dalam darah, sistem pernafasan, dan sistem filtrasi ginjal yang melepaskan ion hidrogen serta menghasilkan bikarbonat untuk menghasilkan pH plasma yang normal.
"Hingga hari ini studi yang valid untuk mencegah Covid-19 adalah anjuran memakai masker dengan benar, menjaga jarak fisik 1,5-2 meter, dan mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir," ujar Tan.
Profesor penyakit menular dan vaksinasi di University of California, Berkeley School of Public Health, Sarah Stanley, mengatakan virus itu sendiri tidak memiliki pH.
Menurutnya, pH adalah sesuatu yang berlaku untuk larutan berbasis air, sedangkan virus tidak. "Makan makanan yang sehat dan seimbang mendukung kekebalan dan dapat membantu melawan infeksi.
Namun, tidak ada bukti bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung alkali secara spesifik bermanfaat," kata Stanley, dikutip AP.
Berikutnya, klaim soal cara mengetahui seseorang terinfeksi virus corona.
Cara mengetahuinya, menurut akun Facebook di atas, lewat sejumlah gejala, yakni tenggorokan gatal, batuk kering, suhu tinggi di atas 37,3 derajat celcius, sesak napas, kehilangan bau, dan diare.
Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, yang disebutkan pada informasi yang beredar itu merupakan gejala-gejala yang tidak bisa memastikan seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.
"Artinya (gejala-gejala itu) tidak khas untuk Covid-19. Untuk itu menjadi kehati-hatian," katanya dikutip Kompas.com.