Juru bicara Kementerian Keuangan Indonesia Rahayu Puspasari mengatakan dalam pernyataan terpisah jika perjanjian itu memperkuat perkembangan pasar kapital dan instrumen finansial untuk memfasilitasi dan mengurangi batasan investasi swasta terkait infrastruktur negara.
Puspasari mengatakan jika perjanjian itu dapat meningkatkan kapasitas aset daur ulang, berdampak memberikan penilaian untuk keuangan yang sudah diberikan dan pengaturan kreditnya.
Sementara Departemen Keuangan AS menyatakan perjanjian tersebut mendukung Strategi Indo-Pasifik Pemerintah AS dengan melengkapi upaya di bawah Peningkatan Pertumbuhan dan Perkembangan dengan Energi (Asia EDGE) dan Transaksi Infrastruktur dan Jaringan Asisten (ITAN).
Apakah berarti Indonesia memihak AS? Tunggu sebentar.
Di saat yang bersamaan, Indonesia rupanya juga tawarkan proyek baru senilai 60 milyar Dolar AS kepada investor China.
Tawaran ini merupakan penguat inisiatif Belt and Road di Indonesia, disebutkan oleh pejabat senior yang tidak disebutkan namanya.
Indonesia tetap lakukan tawaran itu meski ada kekhawatiran tentang pinjaman yang menggurita dengan China.
China sebenarnya tidak terlalu ingin libatkan Indonesia dalam Belt and Road Initiative (BRI).
Hal ini dikarenakan Indonesia, meksipun strategis, tapi belum menjadi titik penting dalam program BRI China.