GridHype.ID - Tampilannya tergolong rapi dan necis.
Kemeja panjang resmi, celana kain lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel hitam.
Pria ini tampak sperti pekerja kantoran pada umumnya.
Namun, di Kabupaten, ada sesosok orang pedagang kaki lima (PKL) atau penjual bakso pentol keliling mengenakan kostum rapi itu.
Dia bernama Sakir (54) warga Dukuh Klekungan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.
Cara berpakaian sebagai 'orang lapangan' yang dikenakannya menyita perhatian, karena tidak biasa dan unik.
Ya, cara pakaiannya necis dan klimis seperti orang kantoran pada umumnya.
Saat ditemui di Pasar Mranggen, Sakir mengenakan baju setelan biru lengan panjang, dipadukan dasi cokelat, penjepit dasi warna emas, celana kain hitam dan sepatu pantofel yang hitam mengkilap.
Penampilannya layaknya 'direktur' karena tidak seperti penjual pentol pada umumnya yang biasanya hanya berkaus dan sendal jepit.
Sebuah sepeda motor dengan gerobak ditempatkan di jok motor yang digunakan Sakir berkeliling.
Gerobaknya bertuliskan "Ojek penthol SS, Dua Putra, Yang Penting Hepi," di gerobaknya berwarna abu-abu.
Sakir mengaku dirinya sudah berjualan selama satu setengah tahun yang lalu.
Saat awal dirinya memulai pekerjaan sebagai pedagang, ia sudah berjualan mengenakan pakaian tersebut
"Saya jualan ojek sudah satu atau satu setengah tahun, saya berpakaian begini sejak awal," jelas Sakir, Selasa (1/9/2020) siang.
Menurut Sakir, saat dirinya menjualkan barang dagangannya selain harus rapi dan sopan, kualitas dan kebersihan dagangan diutamakan.
Hal ini untuk menjaga penampilannya, dirinya menyetok tujuh baju, empat dasi serta dua pasang sepatu.
"Tujuh baju itu untuk hari Senin sampai Minggu, kalau baju dan celana ya ganti tiap hari kecuali sepatu karena cuma dua pasang," kata Sakir.
Ia bersyukur hasil jualannya bisa memberikan nafkah istri.
Meskipun tidak besar tapi ternyata selalu cukup.
Ia tak mempermasalahkan hal tersebut, karena dia lebih memilih bekerja ketimbang dirinya di rumah tak bekerja.
"Alhamdulillah penghasilan saya bisa memberikan nafkah sama istri, lebih baik saya mencari nafkah ketimbang, harus dia dirumah dan meminta nafkah dari anak-anak saya," tegas Sakir.
Dalam sehari Sakir, sebelum ada pandemi Covid-19 bisa menghabiskan bakso berbahan daging ayam lima kilogram, dan mendapatkan laba bersih Rp 300 ribu perbulan.
Namun setelah ada pendemi Covid-19 jadi sepi, hingga saat turun laba menjadi Rp 100 ribu.
"Sekarang sepi setelah ada Corona paling sehari habis 2 - 3 kilogram daging ayam, karena suasana begini ya harus sabar," ucap Sakir.
Sukir menjelaskan lokasi berjualannya tidak pasti di berbagai titik di Kabupaten Klaten dan berpindah-pindah
Sebelum ada Covid-19 biasanya nongkrong di arena car free day (CFD), di sekolah atau tempat ada hiburan.
"Dulu nongkrong utamanya di CFD, sekolah dan tempat hiburan tapi sejak ada Corona sampai sekarang kan sepi, jadi saya keliling ke kampung - kampung, kalau siang mangkal sambil istirahat ," jawab Sakir.
Sakir mengaku berjualan bakso pentol ini mulai pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB.
Bahkan kadang sampai 19.00 WIB namun tak sehari penuh.
"Tidak sehari penuh, kadang pulang dulu istirahat, nanti sorenya keluar lagi," pungkas Sakir.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Kisah Sakir Penjual Bakso Pentol di Klaten Berpakaian Rapi dan Necis Ala Kantoran, Ini Penampakannya