Meski dipenuhi pikiran tentang kapan mereka bisa keluar dari pulau terpencil dan kembali ke rumah mereka, namun Natalie dan rekan-rekannya kini harus melakukan apa yang mereka bisa untuk bertahan hidup.
Diantaranya untuk mereka berteduh dnatidur, juga untuk makan.
Untuk berteduh dan tidur, mereka menggunakan potongan-potongan plastik yang sudah dicuci untuk membuat kamp mereka.
Di pulau itu mereka berbagi dengan kalajengking, ular, kancil, babi hutan, biawak, dan kukang, dan harus mencari makan untuk sebagian besar makanan mereka, termasuk ubi, nangka, dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Ada pengiriman sporadis dengan perahu makanan pokok, termasuk nasi dan pasta. yang mereka dapatkan, tetapi mereka sadar bahwa hal seperti itu tidak bisa terus mereka harapkan.
Mereka tidak bisa boleh berharap kepada kiriman karena mereka tidak tahu kapan kiriman berikutnya munfkin akan tiba.
Dari hari-hari yang mereka jalani, dikatakan bahwa banyak hari di mana mereka kelaparan.
"Kita harus sangat menyadari berapa banyak yang kita konsumsi, kita makan makanan yang sangat mendasar dan benar-benar harus membuatnya bertahan lama," kata Natalie.
Terlepas dari situasi putus asa, kelompok itu, yang terdiri dari dua wanita dan tiga pria dari Inggris, Hongaria, Kanada, Malaysia, dan Prancis, menemukan bahwa mereka tidak sepenuhnya sendirian.
Kelompok itu, yang merupakan sukarelawan dengan kelompok lingkungan Ocean Quest Global, harus beradaptasi dengan cepat untuk menghabiskan begitu banyak waktu ekstra di pulau itu.
Baca Juga: Craig Lewis, Jadi Manusia Pertama yang Berhasil Hidup Tanpa Jantung Akibat Penyakit Langka ini