"Kami memperkirakan bahwa deteksi kasus yang diekspor dari Wuhan di seluruh dunia adalah 38% sensitif seperti di Singapura," tambah mereka.
Di antara apa yang disebut sebagai negara dengan "pengawasan tinggi" di studi tersebut, jumlahnya mencapai 40%.
Studi itu mengatakan, kemampuan deteksi di antara negara-negara dengan "pengawasan rendah", hanyalah 11% dari Singapura.
Mengutip The Straits Times, negara-negara dengan pendeteksian kasus tinggi didefinisikan sebagai negara-negara yang mendapat skor tertinggi pada Indeks Keamanan Kesehatan Global (GHSI).
GHSI sendiri memberi peringkat negara-negara pada kemampuan pencegahan, deteksi, pelaporan dan kemampuan respons penyakit mereka, di antara negara yang lainnya.
Para peneliti juga merujuk pada hasil studi sebelumnya dari sekolah yang menyoroti Singapura sebagai anomali statistik ketika mencoba memperkirakan berapa banyak kasus masing-masing negara berdasarkan volume perjalanan dari Tiongkok.
Para peneliti telah memeriksa data yang dikumpulkan dari laporan Organisasi Kesehatan Dunia 4 Februari tentang jumlah kasus yang diimpor oleh para pelancong yang diketahui memiliki sejarah perjalanan ke China ke 191 negara dan wilayah.
Baca Juga: Pasien Corona Bisa Sembuh Tanpa Obat, Sosok Ini Sebut 2 Faktor Jadi Kunci Utamanya
Studi ini mengecualikan Hong Kong, Makau dan Taiwan.
Para peneliti kemudian menggunakan data historis dari Asosiasi Perjalanan Udara Internasional dan sumber-sumber lain untuk memperkirakan jumlah penumpang perjalanan udara harian dari Wuhan, tempat virus berasal, ke lokasi di luar China.
"Di antara negara-negara dengan volume perjalanan yang besar, Singapura menunjukkan rasio tertinggi dari impor kasus yang terdeteksi terhadap volume perjalanan harian, rasio satu kasus per lima wisatawan setiap hari," catat para penulis penelitian.