Siapa pun dengan dwarfisme (kelainan yang menyebabkan tinggi orang di bawah rata-rata) dikirim ke tempat itu.
"Mereka dilarang meninggalkan dan sepenuhnya ditinggalkan dengan peralatan mereka sendiri, tanpa bantuan dari luar (orang-orang)," katanya.
"Orang-orang dikebiri sehingga mereka akan punah. Tidak ada yang tersisa di sana sekarang."
Komisi PBB mengatakan pada bulan Februari bahwa mereka telah mendengar tuduhan bahwa percobaan medis dilakukan di 'rumah sakit tertutup' pada 'orang cacat'. Tetapi pernyataan itu belum berhasil mengkonfirmasi klaim.
Dalam sebuah studi terpisah, yang dilakukan pada 2013 oleh Citizens 'Alliance tentang Hak Asasi Manusia Korea Utara, sekitar 40 persen pembelot mengatakan mereka percaya bahwa bayi penyandang cacat terbunuh atau ditinggalkan dan 43 persen mengaku tahu 'pulau' di mana orang cacat dipaksa untuk tinggal.
Salah satu pembelot menceritakan tentang sebuah rumah sakit tempat orang cacat dikirim "untuk tes medis, seperti pembedahan bagian tubuh, serta tes senjata biologi dan kimia."
Seorang mantan perwira pasukan khusus Korea Utara, yang membelot pada 1990-an setelah menonton tes senjata kimia dan biologi pada anak-anak dan orang dewasa yang cacat, mengatakan kepada The Telegraph tentang program tersebut.
Baca Juga: Double Manfaat! Intip Yuk Tips agar Wajah Bebas Jerawat Sekaligus Terhindar dari Virus Corona
"Rezim ingin melakukan ini 'secara hukum' sehingga mereka menawarkan untuk membeli anak-anak cacat dari orang tua mereka dan mereka (rezim) mengatakan akan merawat mereka (orang tua)," kata Im Cheon-yong.
"Jika (cara) itu tidak berhasil, mereka (rezim) mengancam mereka (orang tua). Mereka menggunakannya untuk percobaan senjata kimia," katanya. "Tapi tidak hanya anak-anak, mereka juga menggunakan orang dewasa yang cacat."
Im mengatakan dia pertama kali melihat tes tersebut, yang melibatkan anthrax dan senjata kimia lainnya, pada tahun 1984.