"Rezim mengklaim bahwa hak-hak penyandang cacat di Korea Utara dihormati dan mereka mengirim atlet ke Asian Paralympic Games di Incheon awal tahun ini, tapi itu semua hanya sekedar pembalut-jendela," katanya.
"Kenyataannya mengerikan," tambahnya. "Pada tahun-tahun kelaparan di tahun 1990-an, orang cacat tidak mendapat jatah makanan karena mereka tidak bisa bekerja dan bukan anggota masyarakat yang produktif. Sebanyak 80 persen orang cacat hanya mati kelaparan."
"Rezim berasumsi bahwa kita tidak berguna dan itu adalah pesan yang mereka sampaikan kepada masyarakat," katanya.
"Seorang bayi lahir di dekat rumah saya dengan kaki cacat. Ia meninggal ketika berusia 1 tahun.
"Orang-orang di Korea Utara masih mengalami kesulitan bertahan sehingga mereka tidak dapat merawat orang cacat," tambahnya dengan mengangkat bahu.
Ji akhirnya memutuskan untuk membelot pada 2006 dan mampu mencapai Korea Selatan dan, tak lama kemudian, membantu ibunya dan adik laki-laki dan perempuannya mencapai Seoul.
Ayahnya, seorang penambang batu bara, juga mencoba membelot tahun itu, tetapi ditangkap, dikirim ke penjara dan meninggal saat disiksa.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Tak Tanggung-tanggung Kejamnya, Beginilah 'Pelenyapan' Warga Disabilitas di Korea Utara, Didepak ke Daerah Terpencil hingga Dijadikan Eksperimen Senjata Kimia
(*)